KARAWANG - Ratusan warga desa Muktijaya Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang antusias mengikuti gelaran ruwatan sedekah bumi disertai pemotongan kerbau dan pagelaran wayang kulit, Minggu (07/08/22).
Seperti diketahui, setelah 15 tahun lamanya tidak diadakan acara ruwatan sedekah bumi tersebut, banyak kejadian yang tidak mengenakan yang terjadi dengan warga Desa Muktijaya.
Hal tersebut diungkapkan Tokoh sesepuh Sujana. Dirinya mengatakan kegiatan hari ini uwatan sedekah bumi atau baritan merupakan ucapan syukur kita kepada Tuhan yang maha kuasa atas hasil bumi yang telah kita terima.
Sujana menjelaskan kegiatan sedekah bumi ini harusnya dilaksanakan setiap tahun, namun karena kendala sesuatu hal yang pada akhirnya kegiatan ini baru dilaksanakan hari ini setelah 15 tahun vakum.
"Dan hari ini kita melakukan arak arakan hasil bumi dan kepala kerbau dan setelah itu kita menanam kepala kerbau agar kami terhindar dari marabahaya," Ucap Sujana.
Di tempat yang sama tokoh agama Ustad Saripudin mengatakan kegiatan ini dilakukan dalam rangka mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan.
"Dan yang kedua untuk memperkuat ketakwaan kita kepada Tuhan yang maha esa, dimana kita sudah menginjak injak bumi ini kita harus syukuri masih dapat menerima hasil bumi hingga hari ini.ini yang patut kita syukuri," Ucapnya.
Usai acara sedekah bumi, dilanjutkan dengan acara babaritan.
Tradisi Baritan adalah upacara adat yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat dan peristiwa alam.
Tradisi ini tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan.
Tokoh agama setempat Saripudin mengatakan, pada masyarakat petani, tradisi ini sering disebut dengan istilah sedekah bumi, sedangkan pada masyarakat nelayan juga disebut sedekah laut.
Walaupun demikian, kata Saripudin, babaritan yang dilakukan baik oleh masyarakat petani maupun nelayan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
"Yang telah memberikan hasil bumi ataupun hasil petani yang melimpah. Selain itu, juga sebagai media untuk memanjatkan doa keselamatan," ucap Saripudin
Jumlah tumpeng yang dibawa saat baritan ini menyesuaikan jumlah anggota keluarga. Jika di dalam rumah itu ada empat orang, maka tumpeng yang dibawa baritan juga empat tumpeng.
kemudian ditata berjajar di atas tikar yang telah digelar di jalan.
Saat semua hadir dan duduk bersila, tumpeng tertata rapi, lantunan doa mulai dipanjatkan. Doa dipimpin tokoh masyarakat setempat.
Doa dilantunkan dengan 2 cara, yakni secara islam menggunakan bahasa arab dan yang kedua, doa dilantunkan dengan bahasa Jawa.
Kemudian dilanjutkan dengan tahlil dan diakhiri dengan doa keselamatan dan kesejahteraan untuk semua warga. (amn)