Karawang - Kamera trap yang dipasang oleh Sanggabuana Conservation Foundation berhasil merekam macan kumbang dan macan tutul pada 3 April 2022 lalu, bertepatan dengan Hari Macan Tutul International. ------- DARI data video rekaman kamera trap SCF, macan tutul jawa dengan pola tutul pertama terekam kamera pada tanggal 22 April 2022 pukul 10.05.54 WIB. Kemudian, macan tutul jawa pigmen gelap atau macan kumbang terlihat melewati depan kamera trap pada hari yang sama pada pukul 13.13.46 WIB. Menurut Uce Sukendar, Kepala Divisi Pelestarian dan Perlindungan Satwa (DPPS) SCF, macan tutul pertama dan macan kumbang tersebut dari analisis kamera dan jejak di lapangan datang berlawanan arah. Sehingga ada kemungkinan mereka bertemu di jalur yang sama sekitar 1,5 jam setelah macan pertama terekam kamera. Video macan tutul pertama yang terekam hanya terekam bagian belakang dan ekornya saja, sedangkan video kedua terekam macan kumbang berjalan melewati kamera. Beberapa video yang tidak utuh ini, menurut Uce, karena kesalahan settingan interval triger kamera. “Terlalu lama trigernya, jadi macan lewat 3 detik baru kamera merekam, harusnya sepersepuluh detik. Tapi walau bagaimanapun ini penting untuk data kita, untuk menganalisa dan evaluasi. Ada dua individu beda pola atau pigmen ditempat yang sama dan hari yang sama," ujar Bujil, panggilan Uce Sukendar dalam keterangan tertulis kepada awak media. Bernard T. Wahyu Wiryanta, fotografer dan peneliti satwa liar yang juga Dewan Pembina SCF mengatakan, terekamnya dua individu macan tutul beda pola atau pigmen ini sebagai kabar menggembirakan di “Hari Macan Tutul Internasionalâ€. Bernard yang sudah meneliti satwa liar di Sanggabuana sejak 2020 ini mengatakan, sejatinya macan tutul adalah karnivora soliter dan tidak berbagi daerah teritorial. Biasanya mereka bertemu ketika musim kawin saja. “Dengan terekamnya 2 individu berbeda di hari yang sama di tempat yang sama, dan hanya berjarak 3 jam, dari analisa, ini merupakan indikasi sedang terjadi musim berkembangbiak karnivora besar di Sanggabuana. Ini kabar menggembirakan buat kami," kata Bernard. Seminggu sebelumnya, di tempat yang sama juga terjadi perjumpaan langsung antara warga dan macan tutul betina dengan dua anaknya. Namun, menurut Bernard, induk yang mengasuh anaknya ini belum terekam kamera, tetapi jejak di lapangan memang mengidikasikan ada jejak dari beberapa individu dengan perbedaan ukuran jejak, jadi bisa dipastikan laporan warga benar. “Untuk data yang dikirim tim lapangan pagi ini, macan kumbangnya diperkirakan berjenis kelamin jantan, untuk yang tutul belum teridentifikasi. Selain dua ekor macan ini, dari video kiriman Bujil juga terekam beberapa satwa lain seperti burung, luwak dan babi hutan yang merupakan pakan alami macan tutul jawa," terang Bernard. Lokasi kedua macan tutul jawa terekam kamera ini di sebuah puncak gunung di kawasan Pegunungan Sanggabuana yang sempat dibuka jalurnya untuk wisata. Padahal lokasi ini merupakan teritorial dan lintasan karnivora, juga dua primata endemik. Temuan ini sudah beberapa kali dilaporkan ke Adm Perum Perhutani KPH Purwakarta dan BBKSDA Jabar, dan pihak Perhutani setuju bahwa lokasi lintasan karnivora dan primata ini tidak akan dibuka untuk wisata. Diketahui, macan tutul jawa dan macan kumbang merupakan satu jenis, sama-sama macan tutul jawa, salah satu dari 9 sub spesies macan tutul atau Panthera pardus. Sedangkan macan tutul jawa dan macan kumbang (Panthera pardus melas) merupakan macan tutul endemik jawa. Walaupun merupakan satu sub spesies, tetapi sama seperti sub spesies macan tutul india (Panthera pardus fusca) dan macan tutul indochina (Panthera pardus delacouri), macan tutul jawa kadang mempunyai perbedaan warna yang disebabkan oleh pigmen melanistik, hingga beberapa mempunyai warna lebih gelap, seperti macan kumbang ini yang berwarna hitam. Tapi ketika dilihat dalam jarak dekat, tetap ada pola tutulnya. (*)
Bertepatan dengan Hari Macan Tutul Internasional Macan di Sanggabuana Berhasil Terekam Kamera Trap
Kamis 12-05-2022,02:14 WIB
Editor : redaksimetro01
Kategori :