KABAR keretakan di Taliban kian jelas. Penyebabnya bukan hanya perebutan kekuasaan antar-dua faksi. Melainkan juga saling klaim tentang siapa yang paling berjasa mengusir militer Amerika Serikat dan sekutunya. Hal itu diungkapkan salah satu pejabat senior Taliban kepada BBC. Sumber yang tidak disebut namanya itu mengungkapkan bahwa pertengkaran terjadi hanya beberapa hari setelah pembentukan pemerintahan Afghanistan yang baru. Pendukung dua faksi Taliban bertengkar di istana kepresidenan Kabul. Seluruh menteri di kabinet tersebut laki-laki dan sebagian besar adalah sosok yang dikenal dalam serangan ke pasukan AS selama 20 tahun terakhir. Wakil Perdana Menteri (PM) Mullah Abdul Ghani Baradar dikabarkan perang mulut dengan Khalil ur-Rahman Haqqani ketika para pendukung mereka saling berkelahi. Haqqani didapuk sebagai menteri pengungsi di kabinet baru Afghanistan. Dia adalah tokoh terkemuka jaringan militan Haqqani. Sumber itu mengungkapkan, penyebab pertengkaran adalah Baradar yang tidak senang dengan struktur pemerintahan sementara tersebut. Perselisihan juga dilaporkan karena saling klaim tentang siapa di Taliban yang harus mendapat pujian atas kemenangan mereka di Afghanistan. Baradar selama ini dikenal sebagai pemimpin delegasi Taliban untuk pembicaraan damai. Versi Baradar, orang-orang yang melakukan diplomasi seperti dirinyalah yang paling berjasa. Baradar adalah pemimpin Taliban pertama yang berkomunikasi langsung dengan seorang presiden AS. Dia melakukan percakapan telepon dengan Donald Trump pada 2020. Sebelumnya dia menandatangani perjanjian Doha tentang penarikan pasukan AS. Saat ini menguat rumor bahwa Baradar sudah tewas. Di lain pihak, kelompok Haqqani meyakini bahwa kemenangan Taliban dicapai melalui pertempuran di lapangan. Jaringan Haqqani yang kuat dikaitkan dengan beberapa serangan paling keji kepada pasukan Afghanistan dan sekutunya dari negara-negara Barat dalam beberapa tahun terakhir. Kelompok itu dimasukkan sebagai organisasi teroris oleh AS. Pemimpin jaringan Haqqani, Sirajuddin Haqqani, didapuk sebagai menteri dalam negeri yang baru. Taliban di lain pihak menampik adanya pertengkaran internal. Juru bicara Taliban sempat menyatakan bahwa Baradar ada di Kandahar untuk bertemu dengan pemimpin tertinggi Taliban Mullah Haibatullah Akhundzada. Namun, muncul pernyataan baru bahwa Baradar lelah dan ingin beristirahat dulu sehingga dia tidak muncul di depan publik. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Afghanistan Ameer Khan Muttaqi menyerukan kepada negara-negara di dunia agar mengakui pemerintahan yang dibentuk Taliban. Dia juga meminta kepada pendonor internasional untuk mulai mengalirkan bantuan kemanusiaan. "Komunitas internasional seharusnya tidak memolitisasi bantuan yang mereka berikan," ujarnya seperti dikutip Al Jazeera. Afghanistan memang sangat membutuhkan bantuan karena negara tersebut mengalami krisis ekonomi yang parah. Senin (13/9) negara-negara pendonor berjanji memberikan USD 1 miliar atau setara dengan Rp14,2 triliun untuk Afghanistan. Dilansir Agence France-Presse, negara-negara anggota Uni Eropa (UE) juga akan menambah bantuan untuk negara yang sering dilanda perang tersebut. "Kami akan meningkatkan lagi bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan sebesar EUR 100 juta (Rp1,6 triliun, red)," tegas Kepala UE Ursula von der Leyen kemarin (15/9). Terpisah, Bank Sentral Afghanistan menyebutkan bahwa Taliban telah menyerahkan uang tunai USD12,3 juta (Rp175,16 miliar) serta beberapa batangan emas. Harta itu ditemukan dari rumah para mantan pejabat pemerintah yang lama dan sejumlah badan keamanan nasional yang menyimpan uang tunai serta benda berharga di rumahnya. Salah satunya dari mantan Wakil Presiden Amrullah Saleh. Afghanistan saat ini mulai menggeliat dan berangsur "normal". Penerbangan komersial sudah berfungsi lagi. Iran kemarin menjadi negara terbaru yang memulai lagi penerbangan komersial dari Kabul ke Mashhad. (bbs/kbe/rc)
Taliban Pecah Dua Faksi
Sabtu 18-09-2021,07:00 WIB
Editor : redaksimetro01
Kategori :