NAMANYA Sri Riski. wanita kelahiran Tahun 1998 ini punya wajah manis, cantikberkulit putih, rambut sebahu dan cara bicaranya yang lembut. Tapi Sri bukanlah SPG atau model. Ia berprofesi sebagai sopir truk batu bara di Sumatra. Woww..
Wanita 23 tahun ini tiap hari mambawa truk batu bara dengan rute Batanghari menuju ke Stok File batu bara di kawasan Pelabuhan Talang Duku.
Tangannya yang lembut, mampu mengendalikan 12 ton batu bara yang dimuat menggunakan truk kuning. Tidak tanggung-tanggung, tanpa rasa takut, ia seorang diri menempuh jalur hingga 100 kilometer hingga tiba di penampungan batu bara.
Ia mengaku sudah melakoni profesi ini sejak 2019 lalu. Masalah ekonomi menjadi latar belakang Sri profesi yang pada umumnya dilakoni oleh laki-laki. Esi sebenarnya memiliki mimpi yang tinggi, sejak kecil ia bercita-cita menjadi seorang pramugari.
[caption id="attachment_72521" align="alignleft" width="600"] Sri Riski sopir truk cantik.[/caption]
Bahkan, Sri sempat menyelesaikan jenjang pendidikan Diploma I (D1) Penerbangan di wilayah Yogyakarta, dengan harapan mampu meraih impian masa kecilnya tersebut.
Namun, kondisi berkata lain, tuntutan ekonomi mengharuskan Esi memendam sementara impiannya. “Saya sewaktu masih kuliah di Yogya pernah tes pramugari, tapi dak lulus. Di berat badan yang kurang ideal,†katanya.
Ia harus menahan impiannya, untuk membantu perekonomian keluarganya dan 6 saudaranya yang lain.
Tanpa ragu, Sri bergelut di jalanan dengan ribuan truk batu bara lainnya, tidak jarang, ia mengalami insiden pecah ban, saat malam hari, hingga terjebak macet.
Jika mengalami insiden pecah ban tersebut, ia kerap meminta pertolongan teman seprofesinya.
Sri juga mengaku, beberapa kali mendapat godaan dari pria. Namun, hal tersebut tidak menyurtkan semangat anak dari pasangan Ismail dan Yulianti.
Selain membantu ekonomi keluarga, Sri juga masih berkomitmen untuk menggapai impian kecilnya menjadi pramugari. Ia tidak ingin selamanya profesi menjadi sopir truk batu bara.
“Ya tidak selamanya jadi sopir batubara, saya masih ingin menggapai cita-cita jadi pramugari,†ungkapnya.
Pundi-pundi rejeki yang didapat Sri sebagai sopir tergolong besar, dalam satu kali pengantaran atau satu trip, ia bisa menghasilkan uang hingga Rp 500 ribu.
Dengan penghasilan tersebut, Sri mampu menabung dan memberikan ke orang tuanya untuk beli tanah dan bangun rumah. Selain itu, uang tersebut digunakan untuk persiapan mengikuti tes pramugari lagi.
Selama melakoni profesi ini, Sri mengaku tidak taku, lantaran mendapat dukungan dari keluarga dan orang tua.
“Dak takut, karena banyak mendapatkan dukungan keluarga dan orang tua. Yang penting bisa jaga diri,†tuturnya
Untuk menjadi sopir batubara, dia belajar dari pamannya yang terlebih dahulu jadi supir truk batubara. “Paman saya yang ngajarin hingga mahir nyopir truk batubara,†katanya.
Walau memiliki paras ayu, hingga saat ini masih belum memiliki kekasih hati. “Belum punya kekasih, tapi yang dekat banyak,†ungkap mantan sopir Transsiginjai Jambi ini
Soal kriteria calon pendamping, tidaklah muluk-muluk amat. “Kriterianya dak muluk-muluk, yang penting seiman, sayang pada Esi dan baik kepada orang tua dan keluarga,†harap gadis sederhana ini.
Yulianti, ibu dari Sri merasakan jerih payah dari keringat anaknya. “Sudah jadi tulang punggung keluarga,†katanya.
Meski bangga dengan penghasilan yang diterima anaknya, dirinya juga dihinggapi rasa khawatir terhadap anaknya ini “Bangga dan sekaligus khawatir. Soal musibah sudah takdir, seperti resiko di jalan, kecelakaan karena kerjanya malam pulang pagi. Sebagai orang tua hanya bisa berdoa selalu dilindungi Allah,†paparnya. ***