Embun terbentuk di pagi hari melalui proses kondensasi. Saat malam hari udara mendingin, udara di sekitar permukaan tanah juga mendingin. Ketika suhu udara mencapai titik jenuh, yaitu suhu di mana udara tidak dapat menampung lebih banyak uap air, kelembaban yang ada dalam udara mulai berubah menjadi fase cair dan membentuk embun.
Permukaan tanah, tumbuhan, dan benda-benda lain yang ada di sekitar menjadi dingin di malam hari. Ketika udara yang bersentuhan dengan permukaan tersebut memiliki suhu di bawah titik embun, uap air dalam udara akan mulai mengembun dan membentuk tetesan air kecil yang kita kenal sebagai embun.
Proses ini mirip dengan mengeluarkan botol minuman dingin dari kulkas ke ruangan hangat. Permukaan botol akan mengembun ketika uap air dalam udara berkontak dengan permukaan dingin botol, karena uap air dalam udara mengalami kondensasi menjadi air cair pada permukaan yang lebih dingin.
BACA JUGA:Penguatan Program Citarum Harum, Jabar Miliki Laboratorium Lingkungan Hidup Berstandar Internasional
Embun biasanya terbentuk di pagi hari karena pada saat ini suhu udara cenderung paling rendah. Saat matahari terbit, sinar matahari mulai menghangatkan benda-benda dan tanah, yang kemudian dapat menguapkan embun yang telah terbentuk. Proses ini adalah salah satu fenomena alami yang biasanya terjadi di lingkungan dengan cukup kelembaban udara.
Proses pembentukan embun juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelembaban udara, suhu, dan kondisi cuaca.
Kelembaban udara berperan penting dalam pembentukan embun. Udara dengan tingkat kelembaban tinggi memiliki lebih banyak uap air, yang berpotensi mengembun saat suhu turun. Oleh karena itu, di daerah yang memiliki udara lembap, embun cenderung terbentuk lebih banyak.