BEREDAR sebuah video aksi perundungan dialami salah satu siswi di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, dengan cara dipaksa memperagakan gerakan asusila sembari direkam menggunakan handphone teman sekelasnya.
Dari video yang viral beredar tersebut, tampak korban diduga dipaksa berbicara sambil mengeluarkan suara desahan serta menjulurkan lidahnya sendiri.
Berdasarkan informasi, pihak sekolah yang menanggapi kasus perundungan yang dialami siswa SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung yang dipaksa untuk berbuat asusila dan direkam oleh rekan sekelasnya. Sang siswi dipaksa membuka seragam lalu meraba tubuhnya kemudian direkam. Lima pelaku sudah dipanggil.
Waka Sekolah Bidang Humas SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Oktaviani Delasani mengatakan, pihaknya masih menelusuri kebenaran terkait adanya dugaan perundungan tersebut. Oktaviani menuturkan, pihaknya sudah memanggil 5 siswa yang disebut keluarga korban sebagai terduga pelaku perundungan tersebut.
Namun saat dipanggil, kata Oktaviani, kelima siswa tersebut tidak mengakui perbuatannya. Sebaliknya, para terduga pelaku mengaku hal itu dilakukan karena permintaan korban.
BACA JUGA:Sharp Greenerator Edukasi Masyarakat Melalui Festival Lingkungan
"Anak yang diduga melakukan itu bilang 'bu, si korban itu dia minta tolong saya videoin dia dengan pake bahasa Korea', gitu pengakuan mereka," ujar Oktaviani, Selasa (5/12/2023).
Oktaviani melanjutkan, pihaknya belum memeriksa CCTV yang berada di dalam ruang kelas. Menurut dia, upaya sekolah baru sebatas meminta keterangan dari siswa yang menjadi terlapor.
Dia menjelaskan, video yang beredar itu dibuat pada Selasa (28/11) lalu. Namun pasca perekaman video tersebut, korban masih terlihat seperti tidak ada masalah dengan teman-temannya. Bahkan, Oktaviani menyebut, korban terlihat masih bergaul dengan teman sekelasnya seperti biasa.
"Kami belum sempat cek CCTV karena hari sabtu itu kan mendadak dia (keluarga korban) datang," kata dia.
BACA JUGA:Sinopsis, Link Nonton dan Download Toaru Ossan no VRMMO Katsudouki Episode 10 Subtitle Indonesia
Lebih lanjut Oktaviani mengaku tidak pernah menerima laporan perundungan dari korban. Sehingga sekolah juga tidak mengetahui kejadian yang menimpa korban.
"Selama ini ga ada laporan, setiap ditanya apakah ada yang ngerjain, dia (korban) jawabnya gak ada," tuturnya.