Dava Bahari, merupakan si sulung yang sekarang bekerja menjadi seorang pelaut. Bapak nya dulu sempat menentang keinginan Dava untuk menjadi seorang pelaut, karena bapak ingin Dava menjadi tentara, namun berkat mama yang dapat meyakinkan Bapak “Bahwa setiap anak memiliki mimpinya masing-masing”. Akhirya Dava diberi izin untuk melanjutkan mimpinya.
Anak kedua, Rendi Firmansyah. Pupus sudah harapan bapak menjadikan Rendi sebagai seorang tentara, karena Rendi memiliki tubuh yang mungil dan sejak kecil Rendi gampang sakit. Dulu sewaktu kuliah, Rendi mengambil jurusan Ekonomi sekarang pun dia bekerja menjadi seorang pegawai Bank.
Anak katiga, Raga Iswana. Laki-laki yang memiliki perawakan tegap, tinggi, dan tampan ini selalu berlatih fisik dari pagi hingga senja tiba. Bapak sangat percaya jika Raga dapat lolos seleksi menjadi calon tentara, namun dipertengahan jalan Raga membelotkan niatnya dan malah mendaftarkan diri seorang Polisi. Tentu, Bapak marah dengan Raga, saat tau Raga lulus menjadi polisi bukan tentara, namun lama kelamaan Bapak dapat menerima nya.
Setelah anak pertama, kedua, dan ketiga yang tak dapat memenuhi keinginan bapak menjadi seorang tentara. Sekarang yang menjadi tumpuan Bapak adalah anak keempatnya bernama Arma Yoga. Namun, Yoga tak masuk dalam kriteria manjadi seorang abdi Negara. Dulu sewaktu akan mendaftar menjadi Tentara, Yoga yang tak ingin pun, dengan sengaja menempelkan kakinya pada kenalpot motor tetangga dan sampai sekarang bekas luka itu akan terkenang dan memiliki cerita. Yoga sangat suka menulis, mimpinya adalah menjadi seorang penulis yang dapat dikenang oleh para pembacanya. Makanya, dia sekarang kuliah jurusan sastra.
Untuk kesekian kalinya, harapan bapak dipatahkan karena anak keempatnya Iqbal, yang tak ingin menjadi abdi negara. Iqbal merupakan sosok yang lemah lembut dari keenam saudara lainnya. Iqbal bercita-cita menjadi seorang dokter, namun Iqbal tak lolos saat SNMPTN dan sekarang kuliah di jurusan Keperawatan. Yang terakhir ada si bungsu Rai dan Putra. Mereka berdua, masih duduk di bangku SMA dan menjadi harapan Bapak berikutnya, untuk menjadikan keduanya sebagai seorang tentara. Dibanding Rai, Putra yang lebih manja dan sering menangis karena dijahili oleh keenam Abangnya.
Setiapa pagi bunyi peluit akan terdengar, Bapak akan mengajak ketujuh prajuritnya untuk berlari mengelilingi komplek dan pulangnya Mama sudah menyiapakan minuman dan makanan ringan untuk melepas dahaga. Bapak merupakan sosok yang dijadikan panutan oleh ketujuh anaknya, bapak sangat berwibawa walapun usianya kini sudah tak muda. Bapak, selalu tenang dalam mengatasi segala permasalah yang ada.
Jika ditanya perempuan mana yang paling Yoga cinta tentu yang pertama dia akan menjawab mama dan yang kedua adalah Mei Liana. Gadis yang akrab dipanggil Lia itu merupakan pujaan hati Arma Yoga. Jika ditanya apa yang Yoga sukai dari Lia, tentu akan banyak jawabannya. Lia berbeda, Lia penyemangatnya, dan Yoga candu akan Lia. Hanya Lia, yang dengan tulus mendukung mimpi Yoga, memang kelurganya mendukung secara material tetapi tak dengan moral. Yoga butuh dukungan itu, namun dia malah mendapatkannya dari Lia.
Yoga banyak mendapat cibiran katanya mau jadi apa kamu, mimpi kok jadi penulis Tidak sesuai dengan image keluarga. Yoga tau, Bapak tak pernah memaksakan anak-anaknya untuk menjadi tentara, namun jika dilihat Bapak kecewa karena dari kelima anaknya tak satupun yang dapat mengikuti jejak bapak menjadi tentara. Menjadi abdi negara, seperti sudah tradisi turun temurun dari keluarga. Sampai-sampai saat acara keluarga sering kali bapak, mama atau abang banyak mendapat cibiran.