Mendapat ranking di sekolah adalah kebagaan tersendiri bagi setiap siswa. Mereka akan merasa diapresiasi atas pencapaian akademiknya.
Tidak heran jika banyak orang tua yang memberikan hadiah bagi anaknya yang mendapat ranking terbaik di kelas.
Namun, belakangan ini justru banyak sekolah yang sudah tidak menerapkan sistem ranking di kelas. Sontak hal ini membuat tanggapan pro dan kontra bagi setiap orang.
Ada yang mengatakan bahwa dengan sistem ranking dapat memotivasi siswa belajar untuk terus mengembangkan kemampuannya. Ada juga yang mendukung hal ini karena untuk tujuan sama rata. Sebab, kemampuan yang dimiliki setiap anak pasti berbeda-beda. Artinya, tidak bisa disamaratakan sehingga dibuat peringkat terbaik hanya berdasarkan jumlah nilai.
Tidak diterapkannya lagi sistem peringkat (ranking) di sekolah didasarkan pada berbagai alasan yang berkaitan dengan perkembangan pendidikan modern, kesejahteraan siswa, dan pemahaman tentang pembelajaran yang efektif. Berikut adalah beberapa alasan utama:
Fokus pada Pembelajaran Holistik:
- Pengembangan Seluruh Aspek: Pendidikan modern menekankan pada pengembangan seluruh aspek diri siswa, termasuk keterampilan sosial, emosional, dan kognitif, bukan hanya prestasi akademis.
- Keseimbangan Akademis dan Non-Akademis: Siswa didorong untuk berkembang tidak hanya secara akademis tetapi juga dalam aktivitas ekstrakurikuler, olahraga, seni, dan keterampilan lainnya.
Mengurangi Stres dan Tekanan:
- Kesehatan Mental: Sistem peringkat dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan tekanan yang berlebihan pada siswa untuk selalu menjadi yang terbaik.
- Lingkungan Belajar Positif: Tanpa peringkat, lingkungan belajar bisa menjadi lebih mendukung dan kolaboratif, bukan kompetitif.
BACA JUGA:Orang Tua Harus Tahu! Inilah Cara Melihat Progres Akademik Anak Melalui Hasil Rapot
Mendorong Kolaborasi daripada Kompetisi:
- Kerjasama: Pendidikan yang tidak berfokus pada peringkat mendorong siswa untuk bekerja sama, saling membantu, dan belajar bersama.
- Empati dan Kepedulian: Siswa diajarkan untuk peduli dan mendukung teman-temannya, yang penting untuk perkembangan sosial dan emosional mereka.
Evaluasi Berdasarkan Pertumbuhan Individu:
- Penilaian Progres: Penilaian lebih difokuskan pada pertumbuhan dan perkembangan individu siswa, bukan pada bagaimana mereka dibandingkan dengan teman-temannya.
- Umpan Balik Konstruktif: Guru memberikan umpan balik yang lebih personal dan konstruktif untuk membantu setiap siswa mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan.
Meningkatkan Motivasi Intrinsik:
- Motivasi Belajar: Tanpa peringkat, siswa didorong untuk belajar karena minat dan keinginan untuk memahami materi, bukan hanya untuk mengalahkan teman-temannya.
- Cinta Belajar: Ini dapat membantu membangun cinta dan minat yang lebih mendalam terhadap pembelajaran sepanjang hayat.
Mengurangi Labelisasi dan Stigma:
- Persepsi Diri: Peringkat bisa menyebabkan siswa melihat diri mereka sebagai "pintar" atau "kurang pintar", yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri dan motivasi mereka.
- Keadilan: Menghilangkan peringkat dapat membantu mengurangi perasaan tidak adil atau stigma yang mungkin dirasakan oleh siswa yang tidak berada di peringkat atas.
Fleksibilitas dalam Penilaian:
- Penilaian Kualitatif: Tanpa peringkat, penilaian bisa lebih kualitatif dan deskriptif, memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kemampuan dan perkembangan siswa.
- Pendekatan Individual: Guru dapat menggunakan berbagai metode penilaian yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa.
BACA JUGA:Ternyata Ini 6 Tujuan Adanya Bagi Rapot di Sekolah, Bukan Ajang Persaingan Antara Siswa