Pesan itu senada dengan yang disampaikan Muzwir Wiratama, General Manager PHE ONWJ. Dalam rantai operasional, PHE ONWJ akan membutuhkan sumber daya manusia dari berbagai lintas teknik.
PHE ONWJ siap mendukung pemerintah untuk mencapai NZE 2030 atau lebih cepat.
BACA JUGA:Aep Syaepuloh Bakal Teruskan Program Pembangunan Infrastruktur Kesehatan
BACA JUGA:KAI Bandara Angkut 4 Juta Lebih Penumpang Selama Januari hingga September 2024
Strategi yang dijalankan mencakup efisiensi energi, manajemen bahan, pemanfaatan suar bakar di anjungan Zulu sebagai bahan bakar turbin generator, penggunaan bio diesel B35 untuk kapal operasi lepas pantai, penanaman mangrove hingga CCS.
Panel-panel tenaga surya juga dipasang di 12 fasilitas lepas pantai. 864 panel solar terpasang mampu menghasilkan energi baru terbarukan sebesar 1.435,91 Gigajoules/tahun atau 398.864,70 KWh/tahun atau setara dengan 1,09 MWp. Selain itu juga penurunan beban emisi sebesar 301,98 ton CO2 eq/tahun.
“Kami juga mencoba mengembangkan potensi lokal komunitas dan lingkungan dengan menginisiasi program yang diberi nama “Jam Pasir”, kepanjangan dari Jaga Alam Melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir,” kata Wira.
Daratan Dusun Pasir Putih yang berada di pesisir utara Kabupaten Karawang dulunya tergerus arus laut hingga mengalami abrasi. Di daerah itu kemudian dikembangkan inovasi APPOSTRAPS (akronim dari alat pemecah, peredam ombak, dan sedimen traps). Inovasi ini menyulap ban bekas menjadi alat pemecah gelombang, dengan modul unik berbentuk segitiga.
BACA JUGA:Salah Satu Tersangka Pencabulan Terhadap Santriwati di Ponpes Bekasi Tewas Usai Mengidap Sesak Nafas
BACA JUGA:BPJS Ketenagakerjaan Karawang Adakan Sosialisasi Program JP di RSUD Jatisari Kabupaten Karawang
Program Jam Pasir berhasil memanfaatkan 19.100 limbah ban bekas, berdampak positif dengan bertambahnya sedimentasi garis pantai sejauh 400 meter. Dan sejak diaplikasikan tahun 2022, tidak saja risiko abrasi dapat ditanggulangi, inovasi ini bahkan berhasil memulihkan dan membentuk lahan baru seluas 3,62 hektar.
Program itu mendapat apresiasi dari BRIN yang diwakili Agusta Samodra Putra S.Si., M. Eng., Ph.D. Menurutnya, aspek keberlanjutan tidak selalu bermakna dampak lingkungan, melainkan juga dampak sosial yang melibatkan masyarakat.