Inovasi Tenun Ngada, Tim Residensi Fathya Khairani Dorong Eksposur Wastra NTT

Selasa 05-11-2024,04:00 WIB
Reporter : Aufa Zahra
Editor : Ilham Prayogi

KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID - Terlahirnya generasi emas muda Indonesia yang berinovasi untuk mengembangkan dan menghasilkan karya, memanfaatkan hasil bumi tanah air untuk memajukan perekonomian daerah sangatlah ditunggu-tunggu. 

Fathya Khairani yang merupakan seorang Designer asal Karawang bersama timnya yang terbagi menjadi beberapa kelompok di setiap desa yang terdiri dari lima orang di setiap desanya tengah menjalani program residensi Kemah Budaya Kaum Muda di Desa Watumanu, Kabupaten Ngada, NTT, untuk mengembangkan inovasi tenun daerah sejak 23 Oktober sampai 21 November mendatang.

Program ini diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud) sebagai upaya melestarikan dan mengenalkan kain tradisional dari berbagai daerah. Fathya terpilih di antara 2000 peserta dan hanya 50 orang dari seluruh Indonesia yang lolos seleksi.

”Kami fokus pada inovasi warna alami pada tenun Ngada. Dengan bahan bahan dari alam seperti akar mengkudu dan daun alpukat, kami menghasilkan warna-warna khas seperti merah, coklat ,dan biru,” ujar Fathya. 

BACA JUGA:Gunung Lewotobi Laki-Laki di NTT Meletus, Korban Tewas Jadi 10 Orang

BACA JUGA:DPKP Karawang Tunggu Hasil Uji BPOM atas Kandungan Anggur Muscat

Pewarna alami ini diterapkan melalui proses tradisional, mulai dari perebusan bahan pewarna hingga pengikatan motif pada benang sutra sebelum ditenun oleh pengrajin setempat.

Proses pembuatan tenun ini dilakukan secara kolaboratif dengan para ibu penenun di Desa Watumanu. Satu lembar tenun membutuhkan waktu hingga lima hari, dan dalam tiga minggu ini timnya ditargetkan menghasilkan sepuluh lembar kain. Selain meningkatkan kualitas tenun, tim Fathya juga mengubah bahan dasar menjadi benang sutra untuk hasil yang lebih halus, menambah nilai jual produk ini.

Selain kain tenun, Fathya dan timnya juga mengembangkan produk turunan seperti tas, tote bag, dan rompi. Produk-produk ini diharapkan mampu menambah daya tarik kain Ngada yang selama ini kurang terekspos di kancah nasional maupun internasional.

”Harapan kami, tenun Ngada ini bisa lebih dikenal dan dihargai, bukan hanya di NTT, tetapi juga di seluruh Indonesia,” tambah Fathya

Kain tenun Ngada dengan pewarna alami ini memiliki harga jual premium, mulai dari 4 juta rupiah untuk kain dan 1 juta rupiah untuk produk turunan, karena keunikan dan proses pembuatannya yang tradisional.

BACA JUGA:Amandina Bersama Para Mitra Gencar Mendorong Laju Daur Ulang Kemasan Plastik Bekas Pakai

BACA JUGA:Disperindag Karawang Luncurkan Program Digitalisasi Pasar Rakyat, Simak Manfaatnya Bagi Masyarakat!

”Program ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat serta mempromosikan wastra Nusantara agar semakin dikenal luas,” pungkas Fathya. ***

Kategori :