Kisah Para SPG yang Karena Pandemi Banting Setir Jadi Pramusaji Plus-plus, Rela Layani Syahwat Para Tamu

Rabu 06-04-2022,01:14 WIB
Editor : redaksimetro01

  HENTAKAN  musik electronic dance music (EDM) menggedor ruangan sebuah tempat hiburan di kawasan Jalan Pangeran Jayakarta, Mangga Besar, Jakarta Pusat, pada suatu malam. Tempat klab malam itu di bagian belakang kawasan pertokoan. Suara musik yang keras mengalahkan riuh pengunjung. Suasana ruangan itu pun remang-remang dengan sedikit cahaya dari lampu berkelip-kelip.   Wanita pramusaji di ‘tempat dugem’ itu langsung menawarkan minuman beralkohol kepada pengunjung yang baru datang. Setelah itu ada seorang pria berjuluk ‘Papi’ yang menghampiri para tamu. Tanpa basa-basi, Papi langsung menawarkan jasa pemandu lagu atau lady companion (LC) kepada para pengunjung yang butuh pendamping melewati malam. Selanjutnya, pria bertubuh tambun itu meninggalkan para tamunya, lalu kembali dengan mengajak belasan LC. Semua LC itu berpakaian minim. Sejurus kemudian, Papi mengenalkan satu per satu LC yang berdiri di depan para pengunjung. Tentu saja semua LC itu menggunakan nama samaran. “Silakan pilih,â€ 94 ujar Papi kepada tamunya. Dengan merogoh uang Rp 395.000 per jam, pengunjung bisa ditemani seorang pemandu lagu pilihannya. Pada malam itu, Lara -bukan nama sebenarnya- merupakan salah satu LC pilihan tamu. Wanita berusia 25 tahun itu mengaku berasal dari Jakarta. Lara sudah dua tahun belakangan ini menjadi LC. "Kerja di sini sudah dua tahun, sejak awal Covid-19,â€ ujar Lara. Sebelumnya, Lara bekerja sebagai sales promotion girl (SPG). Pandemi Covid-19 yang mengoyak ekonomi membuat para SPG sepi order. “Sebelumnya kerja jadi SPG di mal. Bisa kerja di sini karena ada agensi," katanya. Ia mengaku memberanikan diri menjadi LC. Dia bekerja sendirian untuk menghidupi anaknya. Namun, layanan Lara tak cuma menemani pengunjung. Dia juga sering diminta menyediakan servis plus-plus alias meladeni urusan syahwat tamu-tamunya. “Jadi, tergantung tamunya. Kalau dia cuma mau ditemani minum, ya, di bawah saja (menikmati musik, red),â€ ucapnya. Jika tamu menginginkan layanan lebih, Lara akan membawanya ke ruangan lain. “Rata-rata begituan (berhubungan badan, red), jarang yang cuma minta ditemani minum," bebernya. Lara menjelaskan tempat hiburan malam tempatnya bekerja menyediakan banyak kamar di lantai 2 dan 3. Kamar-kamar itu dinomori seperti halnya di hotel-hotel. Di dalam kamar juga ada kasur dan fasilitas shower untuk mandi itu. Di kamar-kamar itulah Lara dan rekan-rekan seprofesinya biasa melayani tamu yang berniat melepas syahwat. Walaupun  tak jarang Lara mendapat tamu yang rewel. "Banyak maunya, pengin dibeginikan, dibegitukan," ucap wanita berambut sebahu itu. Lara pun terpaksa menuruti apa pun maunya tamu. Sebab, dia tak mau menanggung risiko. “Kalau tidak (menuruti permintaan tamu, red) nanti kena komplain, kami yang dimarahi," ungkapnya. Menurut Lara, di tempat hiburan tempatnya bekerja ada sekitar 200 LC. Semuanya bisa diajak begituan, termasuk dibawa ke luar. "Sering juga yang ajak begitu. Itu tergantung kesepakatan harga dengan maminya (muncikari, red) saja," katanya. Wanita berlesung pipi itu mengaku memiliki pacar. Lara mengenal kekasihnya juga di tempat tersebut. "Punya pacar, dahulu tamu juga," jawabnya singkat. Ada pula kisah serupa dari Vera -bukan nama sebenarnya- yang juga LC . Wanita asal Lampung itu menjadi pemandu lagu karena ajakan teman. “Saya bisa bekerja di sini karena diajak teman. Sebelumnya juga SPG," katanya. Sebenarnya Vera sangat ingin keluar dari tempatnya bekerja saat ini, lalu mencari nafkah dengan melakoni profesi lain. Namun, dia terpaksa memendam keinginannya itu. Menurut Vera, ada uang yang harus dibayarkannya jika dia mau berhenti bekerja dari situ. “Harus bayar, ada duitnya buat menebus," katanya. Namun, Vera tak memerinci barang atau jaminan yang harus dia tebus itu. Dia menuturkan banyak rekan-rekan sesama LC yang berutang kepada agensi. Pandemi memaksa para LC mencari utangan untuk bertahan hidup. Walhasil, jerat utang itu membuat para LC di kelab malam tersebut kesulitan alih profesi. "Pas awal Covid-19 itu (tempat hiburan) tutup dua minggu. Jadi, karena enggak bekerja, banyak yang punya utang sama agensi," kata Vera. Ibu tunggal dengan satu anak itu juga punya pacar. Dia menjalin kekasih dengan tamunya. "Awalnya tamu, terus pacaran,â€ kata wanita dengan rambut dicat pirang itu. Sebenarnya Vera sudah diminta berhenti bekerja oleh pacarnya. Kekasihnya juga berjanji akan menikahinya. Namun, sampai saat ini janji itu tak kunjung terwujud. "Dia bilang akan tanggung jawab, tetapi dia saja sekarang masih di luar negeri, kerja," katanya. Dalam kondisi seperti itu, Vera harus menghidupi anaknya yang baru berusia lima tahun. Dia menitipkan anaknya kepada keluarganya di Lampung. Mata Vera tampat berkaca-kaca. Dia sangat berharap ada sosok pria yang mau menerimanya dengan profesinya saat ini. “Saya tahu diri, pekerjaan saya begini," katanya. (jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait