Dianggap Biasa, Ternyata Batu Mirip Alat Pemeras Tebu di Teluk Pucung Miliki Nilai Sejarah

Minggu 26-06-2022,01:25 WIB
Editor : redaksimetro01

KOTA BEKASI - Sebuah batu yang tergeletak begitu saja di lingkungan pemukiman warga di RT 06, Kelurahan Teluk Pucung, Bekasi Utara, Kota Bekasi diduga memiliki nilai sejarah.

Kekinian batu yang memiliki kemiripan dengan alat pemeras tebu zaman dulu jadi heboh setelah kehadiran Plt Wali Kota Bekasi Tri Adhianto melihat langsung keberadaan batu di Teluk Pucung, pada 24 Juni 2022 lalu. "Sebenarnya keberadaan batu di Teluk Pucung yang dikatakan peninggalan Purbakala itu sudah lama. Dulu lagi tahun 1990-an banyak ada belasan yang dipindahin warga. Ini hanya sisa saja, " ungkap Pungut RT 06, Kelurahan Teluk Pucung, Minggu (26/6/2022). Bagi warga di RT 06 batu tersebut biasa saja, karena sudah lama. Tapi jelasnya batu itu memang padat butuh beberapa orang untuk mengangkatnya untuk mainan saja karena di sekitar lokasi batu di Teluk Pucung itu dulu memang ada gudang untuk pabrik dan penyimpanan padi. "Kemungkinan dulu memang ada pabrik gula, tapi saya belum mengetahuinya. Soal batu di Teluk Pucung yang dikatakan peninggalan zaman Purbakala keberadaan sudah lama di sini ga ada yang sadar baru tahu setelah Pak Tri datang melihat langsung, "jelas pria yang mengaku lahir 1951 itu. Ketua Tim ahli cagar budaya dan sejarawan di Kota Bekasi, Ali Anwar dikonfirmasi terkait keberadaan batu  di Teluk Pucung diduga purbakala itu mengaku telah melihat langsung. Namun jelasnya dia belum dapat memastikan soal asal muasal batu purbakala itu. "Apakah batu tersebut merupakan batu zaman purbakala, karena perlu adanya penelitian lebih lanjut. Saya sebagai tim ahli cagar budaya, kebetulan belum bisa memastikan itu cagar budaya karena harus dilakukan penelitian dulu," papar Ali Anwar. Dikatakan jika telah ada penelitian maka bisa memastikan itu masuk kategori apa. Tetapi secara kasat mata Ali Anwar mengakui bahwa batu itu diduga dari komponen mesin dari pabrik gula di Bekasi Utara Teluk Pucung. Dia akunnya bahwa dulu di wilayah Bekasi Utara memang jadi lokasi pabrik gula. Pabrik gula itu datang dari revolusi industri di Eropa ketika nusantara masih tergabung dengan Hindia Belanda. Diperkirakan abad 18 ataupun 19, masuk melalui Batavia yang berdekatan dengan Bekasi. Dulu paparnya Batavia dan Bekasi terdapat banyak sungai dimana pada pinggiran sungai itu pasti ditanamkan perkebunan tebu, tebu itu kemudian diolah menjadi gula, mengolahnya tentu dengan alat, alat itulah yang tersisa dan kini ditemukan. Teluk Pucung dulu disebut wilayah industri karena banyak pabrik gula. Teluk Pucung di Bekasi Utara itu, dulu lanjut Ali Anwar dikuasi tuan tanah. Mereka dari Cina, Eropa dan Arab, ada kecenderungan pabrik gula itu dibangun oleh Cina dan Eropa, pada abad ke-19. " Itu sebabnya di Bekasi kali barat, Teluk Pucung ada kampung Teluk Pucung pabrik," Paparnya. Ia menilai bahwa pada saat itu para masyarakat yang di abad ke-18 maupun ke-19 banyak telah menggunakan batu sebagai alat untuk memeras tebu. Hal ini dikarenakan, bila penggunaan bahan seperti kayu maupun besi di saat mudah dicuri maupun didaur ulang. "Kalau balok kan mudah dicuri orang, dan Kalau besi kan kemungkinan banyak diambil  dan dilebur. Kalau komponen batu itu sulit untuk mengangkatnya menggunakan apa, dan sulit diletakkan dilokasi itu," ungkapnya. Dari adanya penemuan tersebut, ia menduga di wilayah ditemukan batu purbakala diduga untuk memeras tebu, masih terdapat beberapa batu lainnya yang sama. "Dugaan saya banyak dan ada, karena batu itu amat berat, karena dulu itu ada komponen-komponen apa apa, balok besi besi," pungkasnya. Sementara itu Plt Wali Kota Bekasi saat melihat langsung Batu yang diduga peninggalan pabrik gula tersebut mengatakan akan coba mengamankan benda tersebut untuk diteliti lebih lanjut, yang kemudian akan ditempatkan di museum cagar budaya. "Penemuan batu sejarah ini akan kita proses diteliti lebih lanjut, jika memang benar batu bersejarah, batu tersebut akan kita tempatkan di museum cagar budaya," ungkap Tri Adhianto. Menurut penuturan informasi dari warga setempat, keberadaan batu tersebut sudah ada sejak zaman dahulu, jauh sebelum warga setempat mendirikan bangunan rumah. Untuk berat utuh batu tersebut belum diketahui, untuk satu batu yang tanggal saja diperlukan mobil Dinas Bina Marga untuk mengangkatnya. Benda tersebut sangat mirip dengan batu purbakala era kesultanan banten abad ke 17, yang dimana batu tersebut biasa dipergunakan masyarakat untuk memproduksi gula pada masa itu dikelola oleh orang-orang Cina di daerah Pecinan, Kelapadua, hasilnya dijual ke Batavia untuk selanjutnya diekspor ke Cina dan Jepang. Alat produksi gula pada masa itu menggunakan batu penggilingan. Masyarakat Banten tempo dulu menyebutnya kilang yang digerakkan oleh hewan sapi. (amn)
Tags :
Kategori :

Terkait