Polda Jabar: Konvoi Khilafatul Muslimin Terlacak di Karawang

Polda Jabar: Konvoi Khilafatul Muslimin Terlacak di Karawang

BANDUNG- Polda Jabar mendapat informasi aktivitas konvoi organisasi Khilafatul Muslimin di Cimahi dan Karawang. Konvoi tersebut juga seperti yang terjadi di Jakarta Timur pada Minggu (29/5) lalu. "Ada yang di daerah Cimahi dan Karawang (konvoi) kalau tidak salah," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Ibrahim Tompo kepada wartawan pada Selasa (31/5). Ibrahim belum mengetahui tujuan dari kelompok itu dan masih akan dilakukan pendalaman. Dia menyebut, dari informasi yang diperoleh sementara, ada sejumlah simbol berisi ajakan untuk mendirikan khilafah. Hal itu bertentangan dengan sistem negara yang dianut di Indonesia. "Dari tulisan yang ada, sudah mengajak membuat sistem Khilafah yang mungkin bertentangan dengan sistem di negara kita," ujarnya. Ibrahim memastikan, pihaknya akan memeriksa orang yang mengikuti konvoi tersebut. Selain itu, Polda Jawa Barat juga akan mendalami tujuan dari kelompok itu. Belum disebut secara rinci jumlah anggota kelompok itu yang akan dimintai keterangan oleh polisi. "Kegiatan itu juga tidak mempunyai izin, masih banyak hal yang perlu dilakukan pendalaman, maka kita akan melakukan pemeriksaan terhadap mereka semua, baik organisasinya maupun orang-orang yang ikut dalam aksi tersebut," tandas dia. Sebelumnya, Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Ahmad Nur Wahid mengatakan, Khilafatul Muslimin merupakan ideologi yang sangat berbahaya di Indonesia. Mereka secara langsung mengkafirkan sistem pemerintahan. "Aspek ideologi sangat berbahaya dengan memiliki cita ideologi khilafah di Indonesia sebagaimana HTI, JI, JAD maupun jaringan terorisme lainya," kata Nur Wahid lewat keterangannya, Selasa (31/5). Sebelumnya dalam video viral itu memperlihatkan sejumlah pemotor yang membawa sejumlah bendera dalam iring-iringan konvoi tersebut. Berdasarkan informasi yang diperoleh, konvoi itu terjadi di kawasan Jakarta Timur pada Minggu (29/5). Dalam video itu, terlihat massa konvoi naik motor dengan memakai jaket atau baju warna hijau. Tulisan yang menempel di motor mereka antara lain bertuliskan "Khilafatul Muslimin Wilayah Priangan. Khilafah, Solusi Tuntas Problema Ummat." Mereka juga membawa bendera warna hijau. Massa juga membagikan selebaran seperti surat dengan kop "Khilafatul Muslimin". Sementara itu Deputi Pencegahan BNPT Brigjen Pol Ahmad Nur Wahid mengatakan, dari hasil penelusuran, Khilafatul Muslimin sangat dekat dengan kelompok terorisme. Bahkan, pelakunya sudah ditangkap di sejumlah daerah. "Secara historis, pendiri gerakan ini sangat dekat dengan kelompok radikal seperti NII, MMI dan memiliki rekam jejak dalam kasus terorisme," kata Nur Wahid. Misalnya, Abdul Qadir Hasan Baraja mantan anggota NII. Baraja telah 2 kali dipenjara. Pertama pada Januari 1979 berhubungan dengan Teror Warman, ditahan selama 3 tahun. Lalu, ditangkap dan ditahan kembali selama 13 tahun, berhubungan dengan kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal tahun 1985. Kemudian, ada pula penangkapan Noval Agus Syafroni pada Oktober 2019. Saat penangkapan tersangka teroris di Bekasi ini ditemukan di kontrakannya kardus berisi konten Khilafatul Muslimin dan logo bordir Khilafatul Muslimin. "Dampak ideologis, gerakan ini memiliki visi dan ideologi perubahan sistem sangat rentan bermetamorfosa dalam gerakan teror," tambah dia. BNPT: Khilafatul Muslimin yang Konvoi di Cawang Dekat dengan Kelompok Radikal (1) zoom-in-whitePerbesar Tim Densus 88 Mabes Polri menunjukkan sejumlah barang bukti di kontrakan terduga teroris dari kelompok Abu Zee di Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Arisanto Nur Wahid menyebut gerakan Khilafatul Muslimin mudah berafiliasi dengan jaringan kelompok teror seperti ISIS. Bahkan pada masa kejayaan ISIS pada tahun 2015, Rohan Gunaratna, peneliti terorisme dari Singapura menggolongkan Khilafatul Muslimin telah berbaiat kepada ISIS. "Aspek ideologi sangat berbahaya dengan memiliki cita ideologi khilafah di Indonesia sebagaimana HTI, JI, JAD maupun jaringan terorisme lainya," tutur Nur Wahid. "Walaupun dalam pengakuan mereka tidak bertentangan dengan Pancasila, namun ideologi mereka adalah mengkafirkan sistem yang tidak sesuai dengan pandangannya," ucap dia. Saat ini, Polda Metro Jaya dan Densus 88 masih menyelidiki kasus ini. Polda Metro Jaya berencana memanggil para peserta konvoi untuk diminta keterangan. Tapi belum ada informasi lebih lanjut kapan itu dilakukan. **

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: