Waduh, Kadisperindag Karawang Ngedumel Pemerintah Terlalu Bergantung ke Tiongkok
KARAWANG- Belum selesai dengan perkara kelangkaan minyak di pasar tradisional mau pun retail modern, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Karawang dibuat pusing dengan mulai hilangnya kedelai di pasar-pasar besar di Karawang. Imbas dari kelangkaan kedelai di Karawang, sejumlah pabrik pengrajin tahu dan tempe di Karawang mulai tutup. Diketahui, para pengusaha tahu tempe di Karawang melakukan aksi mogok kerja. Sebagai bentuk protes ke pemerintah atas kelangkaan kedelai di pasaran. Kepada KBE, Kadisperindag Karawang, Ahmad Suroto menyebut, kelangkaan kedelai di Karawang terjadi sejak akhir pekan lalu. Hasil pengecekan Disperindag ke sejumlah distributor kedelai, kelangkaan terjadi karena impor kedelai dari Cina jumlahnya sangat terbatas. "Kita hanya bisa melakukan pelaporan dan koordinasi ke Kementrian Perdagangan melalui Disperindag Jabar, meminta agar alokasi kedelai ke Karawang segera diturunkan," ujar Suroto, Selasa (22/2). Suroto mengatakan, kelangkaan kedelai di pasar lambat laun akan mempengaruhi harga komoditi lain. Jika tidak cepat ditangani, ia khawatir efeknya akan lebih buruk. Dia pun menyarankan pemerintah agar tidak bergantung pada negara Cina dalam urusan impor kedelai. "Karena kan kedelai dari Cina pasokannya sangat sulit, karena disana itu justru untuk makan ternak babi," kata Suroto. "Pemerintah kan bisa saja impor dari negara lain, tidak hanya mengandalkan Cina," imbuhnya. Suroto mengaku, Disperindag Karawang tidak punya kapasitas untuk membuka pasar murah kedelai layaknya minyak goreng yang sudah gencar dilakukan dua bulan terakhir. Pasalnya, stok ketersediaan kedelai benar-benar di atur pemerintah pusat lantaran sumbernya dari hasil impor. "Kedelai kan kita benar-benar mengandalkan dari luar (hasil impor), kalau minyak kan bahan bakunya (sawit) di kita melimpah," katanya. Suroto mengaku, pihaknya sudah meminta pihak distributor kedelai di Karawang segera menurunkan stoknya. Agar kelangkaan ini bisa segera teratasi. Termasuk, dia juga mengimbau kepada para pedagang untuk bersabar. Sambil pemerintah berupaya mencari sumber lain dalam pengadaan kedelai di Karawang. "Ini kondisi sulit harus dimaklumi, dan dipahami, diharapkan pedagang bisa bersabar menunggu upaya pemerintah untuk melakukan impor kedelai dari negara lain," pungkasnya. Di sisi lain, ratusan pengrajin dan penjual tahu tempe di Karawang mulai melakukan aksi mogok jualan di pasar Karawang, Senin (21/2) kemarin. Selain aksi mogok banyak penjual tahu tempe memilih pulang kampung sambil menunggu harga kembali normal. Para pengrajin mengaku berhenti memproduksi tahu tempe hingga harga kedelai turun. "Aksi mogok produksi dilakukan selama tiga hari mulai hari Senin ini (21/2) hingga Rabu (23/2). Setelah itu kami menunggu arahan dari Kopti Jabar apakah dilanjut atau tidak. Intinya kami menunggu respons pemerintah agar menurunkan harga kedelai," kata Sidik Rilahi.(41), pengrajin tahu tempe asal Kampung Kepuh, Kelurahan Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat. Sementara itu, Mustopa (41) pengrajin tahu tempe di Kecamatan Rengasdengklok mengaku sudah berhenti produksi. Bahkan sebagian penjual keliling yang biasa mengambil dagangannya sudah banyak yang pulang kampung. "Pembeli sudah mulai sepi sehingga pedagang memilih untuk pulang kampung sambil menunggu harga normal kembali. Kalau di kampung bisa bantu keluarga di sawah atau kebun, ada hasilnya," kata Mustopa. Menurut dia, produksi tahu tempe di wilayah Rengasdengklok dan sekitarnya mengalami penurun sejak kenaikan harga kedelai. Itu lantaran para perajin tempe menurunkan jumlah produksinya karena sepi pembeli. "Harga tahu tempe sudah mahal sejak kenaikan harga bahan baku kedelai. Akibatnya pembeli juga menurun sehingga produksi juga ikut turun," katanya. (wyd/mhs)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: