Tips Ber-KB Ala Wilma Dwi Nurfitriani Penyuluh dari Kotabaru
WILMA Dwi Nurfitriani atau yang biasa disapa Wilma sangat menikmati tugasnya menjadi Penyuluh KB di Kecamatan Kotabaru. Wanita kelahiran Bandung 2 Maret 1995 ini membeberkan pentingnya untuk ikut program keluarga berencana. "Menyuluh dan mengonseling untuk menggunakan alat kontrasepsi KB, khususnya di posyandu, sebagai tempat ibu hamil dan melahirkan yang harus diedukasi mengenai KB. Jangan sampai ibu yang telah melahirkan bayinya dalam jangka waktu dekat hamil kembali sebelum waktunya," beber Wilma. Lulusan jurnalistik Universitas Islam Bandung (UNISBA) ini, selain menyosialisasikan KB, sebagai penyuluh, Wilma juga selalu menekankan pentingnya reproduksi pada usia remaja, sehingga para anak muda bisa berpikir bekali-kali memutuskan untuk melakukan pernikahan dini. "Di PPKB ada yang namanya pusat informasi konseling remaja (PIKR) yang biasanya kami sosialisasi persiapan kehidupan berumah tangga, kesehatan reproduksinya, dan kecukupan usia yang matang untuk menikah," kata Wilma. Aktivitas penyuluhan yang dilakukan Wilma kepada masyarakat bukan tanpa kendala. Pembicaraan mengenai pendidikan seks termasuk membahas kesehatan alat reproduksi masih sering dianggap tabu bagi sebagian masyarakat. Padahal, sosialisasi mengnai kedua hal itu sangat penting. "Masih banyak sih, semisal masalah KB kita kan berbicara soal reproduksi, masih ada masyarakat masih malu dan tabu" kata Wilma. Ada cerita lucu yang Wilma ceritakan waktu melakukan penyuluhan KB, ketika saat itu ia menargetkan sasaran sosialisasinya pasangan subur usia 25 sampai 49 tahun. Akan tetapi yang menghadiri sosialisasi tersebut para lansia. "Aku pernah melakukan sosialisasi KB tentang alat kontrasepsi, tapi yang datang malah lansia (nenek-nenek) yang sebenarnya sasaran kami pasangan usia subur atau wanita subur usia 25 sampai 49, jadinya aku bingung sendiri," kata Wilma sembari tertawa kecil. Selain usia yang cukup untuk menikah, Wilma berpesan untuk para calon pengantin (catin), selain kesiapan menikah, masih banyak hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menghadapi rumah tangga. "Banyak orang yang ingin menikah, belum memikirkan secara matang, seperti ekonomi yang mapan, jangka lahir anak, masih belum banyak memikirkan sejauh itu, yang aku lihat dari lingkungan aku, nikah ya nikah aja tanpa memikirkan lebih jauh lagi. Sedangkan pernikahan itu selamanya," pungkasnya. (cr2/mhs)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: