Ketika Mak Saedah, Wanita Renta Sebatang Kara di Plered Dibiarkan Hidup Menderita di Gubuk Reot, Negara Tidak
PURWAKARTA - Selayaknya usia senja merupakan waktu tepat bagi seseorang untuk menikmati masa tuanya dengan tenteram bersama keluarga dalam kondisi yang berkecukupan, bersama keluarga dan handai taulannya. Namun, tidak dengan Mak Saedah (85), dia merupakan seorang wanita lanjut usia yang hidupnya sebatang kara, serta tidak memiliki suami maupun anak. Sangat miris bila melihat kondisi rumah Nenek dengan keterbatasan berbicara atau tunawicara itu yang tinggal di kampung Cibarengkok, RT. 16/05 Desa Pamoyanan, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta. Betapa tidak, rumah yang ditempatinya sendiri itu sudah tak layak untuk ditempati sebagaimana mestinya. Kondisi bangunan sudah usang dan lapuk, serta dinding rumah yang terbuat dari bilik bambu sudah banyak terdapat lubang-lubang. Bahkan, kamar tempar tidur si nenek hanya beralaskan karpet dan kasur yang sudah lusuh. Sehingga saat hujan turun rumah nenek tua itu akan penuh dengan air, terlebih bila ada angin kencang, udara dingin menusuk tubuh renta nenek Icoh, karena keterbatasan ekonomi dirinya tak sanggup merenovasi rumah yang hampir ambruk tersebut. Untuk urusan makan sehari-hari pun Mak Saedah hanya menerima dari tetangga, keluarga maupun para dermawan yang bersedia mengulurkan bantuan. Tati (50) kerabat Mak Saedah, menyebut, bahwa Mak Saedah itu sudah sejak lama tinggal sendirian dirumah yang kondisinya sudah tidak layak huni. "Memang benar, beliau tidak memiliki suami apalagi anak, Karena beliau tidak pernah menikah sampai sekarang, dan beliau sudah 30 tahun hidup dalam keadaan seperti ini," ungkap Tati, pada Rabu, 13 April 2022. Tati menjelaskan, sebelumnya Mak Saedah tinggal di Desa sebelah, kemudian diajak neneknya tinggal di kampung ini. "Dulu sih Mak Saedah tinggal di kampung sempurnunggal, kemudian Nenek saya yang merupakan kakak Mak Saedah di ajak tinggal disini," ucap Tati. Ia pun sudah pernah membujuk Mak Saedah untuk tinggal dengannya, namun Mak Saedah selalu menolaknya. "Khawatir rumah ini roboh, Saya selalu mengajak Mak Saedah untuk tinggal bareng saya tapi beliau selalu gak mau dan ini tetap tinggal di rumah ini," kata Tati. Menurut Tati, rumah Mak Saedah ini sudah diajukan untuk mendapat bantuan dari program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). "Udah di ajukan rutilahu oleh pemerintah Desa, namun hingga kini belum dapat juga," ucapannya. Tati berharap ada agar perhatian dari pemerintah dan dinas terkait ataupun para dermawan, untuk bisa membantu kesulitan yang dialami Mak Saedah ini. "Mudah-mudahan saja pemerintah ataupun Dinas terkait merespon kondisi tempat tinggal Mak Saedah ini. Tak perlu rumah permanen, yang penting layak untuk ditempati. Mudah-mudahan juga ada para dermawan yang mau membantu Mak Saedah ini," harap Tati. (san)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: