Sel Hamster Diracik Jadi Vaksin Baru Covid-19

Sel Hamster Diracik Jadi Vaksin Baru Covid-19

PENELITI Tiongkok terus mengembangkan vaksin Covid-19. Tak cukup hanya punya Sinovac, Sinopharm, atau Cansino, Tiongkok kini mengembangkan vaksin terbaru. Dan uniknya, vaksin kali ini dibuat dari sel ovarium hamster. Vaksin ini dikembangkan oleh Anhui Zhifei Longcom Biopharmacies Co. dan Chinese Academy of Sciences. Penelitian dikembangkan oleh tim yang dipimpin oleh George Gao, kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok. Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa (16/3) bahwa pemerintah Tiongkok telah memberikan otorisasi suntikan untuk penggunaan darurat pada 10 Maret. Ini adalah vaksin keempat yang disetujui Tiongkok untuk penggunaan darurat. Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok mengatakan bahwa uji klinis Fase 3, yang melibatkan 29.000 sukarelawan, berjalan dengan lancar. Dalam uji coba Tahap 1 dan 2 di Tiongkok, Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok mengatakan, tidak ada reaksi merugikan yang serius di antara para sukarelawan dan vaksin tersebut menghasilkan antibodi penawar pada tingkat yang setara dengan suntikan virus Korona lainnya. Hasil tersebut belum ditinjau sejawat. Proses pembuatan vaksin dimulai ketika kode genetik untuk protein lonjakan virus Korona ditempatkan ke dalam sel ovarium hamster yang biasanya menjadi subjek penelitian medis. Sel-sel mulai membuat protein. Dan begitu mereka mencapai volume yang cukup besar, sel itu dipanen dan dimurnikan. Vaksin ini dilengkapi dengan ajuvan, bahan yang menopang sistem kekebalan. Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok mengatakan kelebihan vaksin bahwa produksi bisa dilakukan di Tionhlok dan di tempat lain, dan akan lebih nyaman untuk penyimpanan dan transportasi. Tetapi vaksin memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah tidak menghasilkan banyak sel-T, yang membantu membersihkan sel yang terinfeksi dan mencegahnya menyebar. “Tanpa sel-sel ini, tingkat antibodi seseorang mungkin tidak cukup kuat untuk membersihkan infeksi,â€ kata seorang profesor mikrobiologi dan imunologi di Universitas Nasional Singapura, Ooi Eng Eong. (bbs/mhs)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: