Persikasi di Tangan Politisi

Persikasi di Tangan Politisi

Oleh: Moch Firman (Penggemar Sepakbola/Waketum PP Persikasi Fans Club) SETELAH 3 kali menelan kekalahan, dengan Putra Delta Sidoarjo, Karo United dan Persida Sidoarjo dengan skor sama 1-3, ini menandakan bahwa Persikasi harus terhenti di 32 Besar Liga 3 Nasional dan gagal melanjutkan langkah kaki menuju tim promosi Liga 2. Realita yang sama bahwa musim-musim sebelumnya juga terhenti diputaran nasional. Ketika kita dipaksa untuk berkaca pada kejadian pahit yang sudah-sudah, sebenarnya apa sih yang menjadi permasalahan mendasar bagi klub sepakbola Kabupaten Bekasi ini? Apakah anggaran kurang besar yang digelontorkan Pemda Bekasi? Apakah pengelolaan manajemen tim yang tidak baik? Atau lebih ke dasarnya lagi, yaitu mekanisme penetapan atau pemilihan ketua umum Persikasi yang jadi sumber masalah? Terlihat sangat begitu komplek jika kita berasumsi dan memikirkan di mana problematika yang bersifat fundamental ini bagi klub sepa kbola milik Pemda Bekasi ini. Kira-Kira, Masalahnya Jika kita terpaksa bicara anggaran, untuk musim ini sebenarnya tidak terlalu minim anggaran untuk amunisi di Liga 3 yaitu 3,8 miliar relatif besar jika dibandingkan dengan tim lain walaupun masih jauh di bawah PSKC Cimahi yang lolos Liga 2 di musim lalu dengan anggaran kira-kira hampir 9 Miliar. Tetapi jika 3,8 miliar ini jika dipergunakan dengan baik secara manajemen keuangan dan pengelolaan belanjanya rasanya sudah cukup untuk berlabuh di Liga 3. Kemudian apalagi? Hmmmm sepertinya kualitas dan loyalitas kepemimpinan juga perlu disoroti di sini, Dua kepemimpinan belakangan ini yang secara kapasitas diri memiliki kekuatan asal kelompok yang tidak diragukan lagi di Kabupaten Bekasi, pasalnya seperi Almarhum Bupati Bekasi H. Eka berasal dari PG dan Reza Reynaldi berprofesi sebagai enterpreunership tetapi putra dari Anggota DPRD Kabupaten Bekasi asal P3, ini mengindikasikan bahwa pucuk kepemimpinan di Persikasi ini tidak jauh dari elit parpol di Bekasi. Yang perlu digarisbawahi adalah dari manapun asal kelompok atau organisasi apapun yang memiliki power di Bekasi, ini salah satu bukti bahwa itu bukan jaminan untuk dapat dengan mulus mengurus Persikasi lolos ke Liga 2, sebab sekelas Bupati yang memiliki legitimasi penuh atau mandatori dari rakyat Bekasi saja tidak mampu membuktikan kualitas dan loyalitasnya untuk Persikasi. Hemat saya ini sebenarnya bisa saja permasalahannya mendasarnya adalah mekanisme pemilihan dan penetapan ketua umum Persikasi, walaupun tidak menutup kemungkinan dari kalangan politisi lagi-lagi mengisi kepemimpinan dengan baik dan menjadi hero dikala Persikasi berjalan di tengah ketidakpastian dengan segala upaya, loyalitas dan totalitasnya. Tidak ada salahnya jika mekanisme pemilihan ketua umum itu dibuka selebar-lebarnya untuk memberikan kesempatan kepada profesional ataupun yang memang ahlinya dapur sepak bola tentunya dengan melakukan fit and proper test di bawah penanggung jawab otoritas olahraga, karena sejauh ini obrolan kursi kepemimpinan itu selalu berputar-putar di lingkaran tokoh politik. Seperti pada kandungan QS Ar-Ra'd Ayat 11 "Tuhan Tidak Akan Mengubah Nasib Suatu Kaum Kecuali Mereka Sendiri yang Mengubahnya" dan sebagai salah satu ikhtiar dalam memajukan Sepakbola Kebupaten Bekasi, dengan cara apapun harus dan perlu dicoba meskipun Persikasi sendiri bukan bahan eksperimental. Kemudian dalam hal ini bupati bekasi harus mampu mensinergitaskan semua otoritas yang membidangi olahraga khususnya sepakbola untuk menyatukan visi dan merancang sebuah Grand Design untuk kemajuan sepakbola bekasi sekaligus menampung aspirasi pemuda yang gemar sepakbola sembari membina bakat-bakat sejak dini untuk menjadi calon pesepakbola masa depan, dengan membangun akademi sepakbola yang berbobot misalnya. Tentang Visi, Rasa dan Cinta Dipimpin oleh yang berasal dari latar belakang politisi bukan hal yang tabu dan memang konsekuensi ilmiah mengingat regulasi dan Persikasi dibawah tangan pemerintah daerah dan didanai oleh hibah pemerintah daerah tetapi "Kepemimpinan" di Persikasi ini bukan sekedar pandai mengelola organisasi tetapi lebih jauh dari itu adalah seberapa besar Visi yang dimiliki untuk Persikasi. kita bisa mengatakan bahwa memimpin dengan visi rasa, dan cinta merupakan tahap kepemimpinan paling tinggi. Seorang pemimpin yang lebih menjalankan kepemimpinannya dengan cinta tentu telah melalui beberapa tahapan kepemimpinan sebelumnya. Hanya pribadi-pribadi agunglah yang mampu membingkai kepemimpinannya dengan cinta. Seorang yang memimpin dengan rasa dan cinta, ia telah selesai dengan dirinya sendiri. Maksudnya ia merupakan orang yang bisa memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain, juga telah memberikan uswah kepada anak buahnya tentang bagaiamana cara berkerja yang baik, disiplin dan mematuhi seluruh aturan kerjanya (Khususnya amanah dalam menerima anggaran yang diterima dari uang rakyat). Tidak hanya memberikan orientasi akan tetapi ia juga memberikan keoptimisan yang tinggi kalau teamnya bisa menggapai apa yang telah ditargetkan. Dan yang penting adalah kepemimpinan ini harus benar-benar loyal serta totalitas dan paham medan perang yang akan dilalui, tidak hanya serangan dari luar tetapi juga akan tusukan dari dalam. Maka siapapun yang coba-coba untuk menjadi ketua umum persikasi lebih baik tidak perlu jika tidak siap dengan segala rintangan dan konsekuensinya dari pada harus lepas tanggung jawab hanya akan membuat ambruk reputasi (Apalagi yang datang hanya untuk mendongkrak popularitas dan mengakali anggaran semata tanpa tanggung jawab). Siapapun dan bagaimanapun, aku sebagai penggemar sepakbola dan pemerhati sepakbola lokal menaruh harapan besar untuk bisa Persikasi berlaga di Liga 2 atau bila perlu Liga 1 Nasional. Terngiang kata Proklamator, Bung Karno "YANG TIDAK MURNI MAKA AKAN TERBAKAR MATI". (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: