Pentingnya Jaga Puasa Lahir dan Batin
Oleh: KH. Agus Salim HS (Rois JATMAN Kabupaten Bekasi) IBADAH puasa merupakan amaliah ibadah yang sudah lama ada, sebelum perintah syariat puasa Ramadan pada masa kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dalam Rukun Islam, ibadah puasa menempati urutan ketiga setelah syahadat dan mendirikan salat. Sebelum masa Rasulallah SAW, Nabi Musa ‘alaihissalam melalukan puasa selama 40 hari. Sampai saat ini kaum yahudi tetap mengerjakan puasa meskipun tidak ada ketentuan khusus dalam mereka, seperti puasa selama seminggu untuk mengenang kehancuran Jerusalem, puasa hari kesepuluh pada bulan tujuh menurut perhitungan mereka dan berpuasa sampai malam. Menurut Ibn Kasir, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan berjimak disertai niat yang ikhlas karena Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung karena puasa mengandung manfaat bagi kesucian, kebersihan, dan kecemerlangan diri dari percampuran dengan keburukan dan akhlak tercela. Ibadah puasa mempunyai dua tantangan yang sangat berat, sehingga menyebakan orang yang berpuasa hanya akan terjerumus dan terjebak pada haus dan lapar saja. Jika seorang yang berpuasa tidak mampu mengendalikan hawa nafsu, yaitu nafsu faraj (birahi) dan nafsu lapar. Maka puasanya akan sia-sia dan kosong. Mengutip Kitab Ihya Ulumiddin Karya Imam Al Ghazali, pentingnya puasa lahir dan batin (dzahiran wa batinan). Puasa memiliki dua dimensi yaitu, demenis lahir dan batin. Puasa lahir adalah puasa dengan standar ilmu fikih (ilmu syariat) bagi orang awam, sedangkan puasa batin adalah puasa dengan standar ilmu hakikat (ilmu mengolah hati atau dikenal dengan ilmu tasawuf) bagi orang khusus. Dalam Kitab Ihya Ulumiddin, bab keterangan tentang puasa, Abu Hamid Al-Ghazali menyatakan ada syarat untuk menjalani puasa Ramadlan secara lahir, dan syarat untuk menjalani puasa Ramadan secara batin. Jadi untuk terpenuhinya syarat puasa lahir adalah dengan menjalankan aspek syariat tentang puasa, seperti berniat, tidak makan dan minum, khusus bagi anak remaja (belum nikah) hindari onani dan masturbasi, tidak berhubungan suami-istri di siang hari dan lain sebagainya. Sementara untuk mendapatkan derajat puasa secara batin harus niat puasanya karena Allah, mengendalikan nafsu-nafsu yang ada dalam organ tubuh, munajat dan dzikrullah, dan terus memelihara takwa kepada Allah SWT. Wallahu ‘Alam Bishowaab. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: