Apple Cider Vinegar, Cuka Bikin Kurus?

Apple Cider Vinegar, Cuka Bikin Kurus?

MEMILIKI tubuh ideal merupakan cita-cita banyak orang, semakin banyak orang mulai mencoba serta mempromosikan berbagai cara cepat menurunkan berat badan. Trend penurunan berat badan merupakan topik yang banyak dibicarakan oleh berbagai macam kalangan, mulai dari berbagai jenis olahraga hingga berbagai jenis diet. Salah satu trend yang cukup mendapatkan perhatian adalah trend diet penurunan badan menggunakan cuka sari apel. Cuka sari apel atau sering disebut apple cider vinegar merupakan produk hasil fermentasi dari apel yang sudah dihancurkan. Pembuatan cuka apel ini dilakukan dengan menghancurkan apel, kemudian mengsuling sari apel yang akhirnya akan difermentasi. Bahan aktif utama cuka sari apel ini adalah asam asetat, yang telah terbukti memiliki beberapa manfaat kesehatan. Cuka sari apel juga merupakan obat rumah yang populer untuk banyak masalah seperti diabetes, kolesterol tinggi, dan banyak lagi. Cuka apel ini sudah sejak lama terkenal memiliki segudang manfaat, mulai dalam bidang kesehatan hingaa kecantikan. Salah satu yang akhir-akhir ini sering menjadi trending adalah manfaat cuka apel yang telah disebut-sebut dapat digunakan untuk menurunkan berat badan! Klaim tersebut, yang sering dikenal sebagai "diet penurunan berat badan cuka sari apel" (atau kadang-kadang disebut detoksifikasi cuka sari apel) menjadi lsalah satu penelusuran topik kesehatan yang paling cepat meningkat di Google pada tahun 2017. Bukti dari klaim penurunan berat badan ini didukung penelitian pada tikus dan tikus obesitas menunjukkan bahwa asam asetat pada cuka apel dapat mencegah penumpukan lemak dan meningkatkan metabolisme mereka. Penelitian pada manusia terkait cuka apel  yang paling banyak dikutip adalah uji coba tahun 2009 terhadap 175 orang yang mengonsumsi minuman yang mengandung 0, 1, atau 2 sendok makan cuka apel setiap hari. Setelah tiga bulan, mereka yang mengonsumsi cuka mengalami penurunan berat badan moderat (2 hingga 4 pon) dan kadar trigliserida lebih rendah daripada mereka yang tidak minum cuka. Penelitian lainnya menemukan bahwa konsumsi cuka meningkatkan rasa kenyang setelah makan, tetapi hal itu menyebabkan mual. Tak satu pun dari studi ini (dan tidak ada yang dapat saya temukan dalam pencarian literatur medis) yang secara khusus mempelajari cuka sari apel. Sebuah studi yang lebih baru secara acak menetapkan 39 subjek penelitian untuk mengikuti diet kalori terbatas dengan cuka sari apel atau diet kalori terbatas tanpa cuka sari apel selama 12 minggu. Sementara kedua kelompok kehilangan berat badan, kelompok cuka sari apel kehilangan lebih banyak. Namun penelitian-penelitian tersebut hanya bersifat jangka pendek sehingga tidak bisa dijadikan bukti konkrit atau penjamin keberhasilan dan kebenaran klaim dan trend "diet penurunan berat badan cuka sari apel". Mekanisme di balik cuka sari apel dan penurunan berat badan, menurut para penggemar diet cuka apel, adalah bahwa asam asetat yang dihasilkan selama proses fermentasi minuman dapat membantu mengendalikan nafsu makan dan membakar lemak. Beberapa bukti menunjukkan efek ini mungkin, pada kenyataannya, benar, tetapi para ahli mengatakan bahwa cara kerja asam asetat di tubuh anda sedikit lebih rumit daripada sekedar minum cuka apel kemudian turun berat badan. Secara keseluruhan, bukti ilmiah bahwa konsumsi cuka (baik dari varietas sari apel atau tidak) adalah cara jangka panjang yang dapat diandalkan untuk menurunkan berat badan berlebih tidak meyakinkan. Bahkan di antara pendukung cuka sari apel untuk berat badan kerugian atau manfaat kesehatan lainnya, tidak jelas kapan harus minum cuka sari apel atau berapa banyak cuka sari apel per hari yang ideal. Tak hanya itu, cuka apel memiliki dampak negatif apabila dikonsumsi terus-menerus secara langsung, dampak negatif tersebut antara lain adalah dapat merusak enamel gigi, memperburuk kadar potassium rendah, serta mempengaruhi kadar insulin tubuh (khususnya pada penderita diabetes). Pada konklusi tidak ada jawaban instan untuk menurunkan berat badan. Jadilah skeptis terhadap pendekatan apa pun yang mengklaim Anda dapat menurunkan berat badan tanpa mengurangi kalori atau meningkatkan aktivitas fisik. (*)   * Penulis : Audrey Josephine Assa, Mahasiswi S1 Teknologi Pangan, Universitas Padjadjaran (Unpad)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: