Etika Guru dalam Mengajar
Oleh: Masykur H.Mansyur (Dosen FAI Unsika)
DALAM proses belajar mengajar mutlak diperlukan interaksi guru dan murid. Interkasi guru dan murid ini merupakan hubungan timbal balik dua arah yang saling mempengaruhi, sehingga terjadi reaksi dari kedua belah pihak. Pertanyaannya, dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru, apa saja hal-hal yang terkait dengan etika guru dalam mengajar. Guru diartikan sebagai seorang yang mengajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya. Guru yang dimaksud dalam tulisan ini adalah seorang guru yang mengajar di lembaga pendidikan. Seorang guru yang mengajar di lembaga pendidikan tentunya mempunyai beberapa tugas yang perlu ditunaikan dalam proses belajar mengajar. Adapun tugas guru sebagaimana Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam Islam mengajar merupakan salah satu dasar yang menguatkan pilar-pilar agama, suatu ilmu pengetahuan tidak akan sirna tatkala di ajarkan, malah akan terus bertambah ilmu pengetahuan tersebut, sebab mengajarkan ilmu pengetahuan termasuk bagian penting dalam agama. Mengajarkan ilmu merupakan sebuah ibadah bila dilakukan dengan ikhlas ketika hendak mengajar seorang guru sebaiknya bersuci dari hadas dan najis, membersihkan diri, memakai wewangian, dan mengenakan pakaian terbaik sesuai dengan kondisi zamannya. Hal ini dilakukan oleh seorang guru untuk memuliakan ilmu. Di samping itu hendaknya seorang guru memasukkan dalam aktifitas mengajarnya sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tatkala meninggalkan rumah, menuju tempat mengajar hendaknya seorang guru berdo’a, sesuai dengan do’a yang diajarkan oleh Rasulullah saw yaitu; “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari berbuat sesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menzalimi atau dizalimi, melakukan kebodohan atau dibodohi orang lain. Besar perlindungan-Mu dan mulia sanjungan-Mu. Tidak ada Tuhan selain-Muâ€. Sesudah itu, usahakan berzikir sampai di tempat mengajar. Ketika tiba di tempat mengajar, guru hendaknya mengucapkan salam kepada murid dan duduk dengan tenang penuh kharisma, merendah serta khusyu’. Imam Nawawi dalam Kitab adab al-‘Alim wa al- Muta’allim wa Adab al-Mufti wa al-Mustafti menjelaskan beberapa “Etika Guru dalam Mengajar†sebagai berikut; pertama, seorang guru ketika mengajar harus diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT., dengan tidak menjadikan keuntungan-keuntungan duniawi sebagai tujuannya. Kedua, dalam mengajar, seorang guru hendaknya tidak menghalangi siapapun untuk belajar meskipun niat belajarnya masih belum benar. Sebab, kebenaran niat dalam belajar masih bisa diupayakan seiring berjalannya waktu. Ketiga, seorang guru hendaknya mendidik para muridnya secara bertahap dan disesuaikan berdasarkan kemampuan umurnya. Keempat,seorang guru harus cinta dengan ilmu yang akan diajarkannya. Ia hendaknya menyebut keistimewaan ilmu tersebut, lengkap dengan para tokoh pemikirnya (ulama). Kelima, seorang guru hendaknya peduli terhadap murid-muridnya sebagaimana kepeduliannya terhadap dirinya dan anak kandungngnya. Keenam seorang guru hendaknya memberikan kepada muridnya hal yang ia cintai, dan tidak memaksa mereka untuk mengerjakan hal yang tidak ia sukai. Ketujuh, seorang guru harus ramah ketika menyampaikan materi pelajaran, serta meng- gunakan bahasa yang sederhana dan mudah, agar dapat dipahami dengan baik oleh murid-muridnya. Kedelapan, seorang guru, tidak boleh menyembunyikan hal yang ia ketahui jika memang murid murid membutuhkannya, dan mereka mampu menerimanya. Kesembilan, seorang guru tidak diperkenankan mengajarkan materi-materi yang masih belum bisa diterima oleh muridnya. Sebab itu sangat menyusahkan. Kesepuluh, seorang guru, tidak boleh menyombongkan dirinya sendiri atas guru-guru yang lain. Sebaliknya, ia harus tetap bersikap rendah hati. Kesebelas, seorang guru harus semangat dan serius ketika mengajar. Ia juga harus welcome terhadap siapa saja yang ingin belajar. Atas kehadiran murid-muridnya, seorang guru harus menyambut dengan wajah sumringah serta berbuat baik dan menyuguhkan sesuatu, meskipun seadanya dari yang ia punya. Kedua belas, seorang guru hedaknya bersungguh-sungguh memberikan penjelasan kepada murid-muridnya dengan gaya bahasa yang mudah dipahami agar mereka bisa menerima dan mencerna-nya. Maka, seorang guru tidak diperkenankan memberikan materi yang tidak sanggup dipahami oleh murid-muridnya. Jadi seorang guru harus bijak dalam menentukan materi dan cara menyampaikannya. Wallahu a’lam bi al-shawaab. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: