Berkurban dalam Ketaatan
Oleh: Masykur H. Mansyur (IAIN Syekh Nurjati Cirebon Dpk Unsika Karawang) DALAM al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah SWT memberikan nikmat yang banyak kepada manusia dan diperintahkan untuk mendirikan shalat dan berkurban. Dalam sebuah hadits sebagaimana Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, bahwa Anas bin Malik, r.a, berkata; ketika Rasulullah SAW berdada ditengah-tengah kami di dalam masjid, tiba-tiba beliau pingsan sejenak, kemudian mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Kami bertanya, apa yang membuat engkau tersenyum wahai Rasulullah? beliau menjawab, baru saja diturunkan satu surah kepadaku, lalu beliau membaca. Inna a’thoina kal kautsar, fas-sholli lirabbika wan har, inna syaaniaka hual abtar. Kemudian beliau bertanya apa yang dimaksud dengan Al-kautsar itu, para sahabat menjawab hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu, Rasul kemudian bersabda ia adalah sebuah sungai yang telah dijanjikan Allah kepadaku. Dan di dalamnya terdapat kebaikan yang banyak sekali, ia adalah sebuah kolam yang akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana untuk minumnya adalah sejumlah bintang yang ada di langit. Tiba-tiba ada seorang hamba yang ditarik dari kalangan mereka, maka aku akan berkata, Ya Tuhan, dia adalah seorang umatku, Allah menjawab, engkau tidak tahu apa yang dia telah perbuat sesudahmu. Allah Yang Maha Bijaksana menuntun hamba-Nya untuk bersyukur kepada-Nya agar nikmat-Nya di dunia berbuah menjadi nikmat yang lebih besar di akhirat, agar kita meraih surga-Nya dengan beribadah kepada-Nya semata tanpa ada sekutu bagi-Nya. Sebaliknya kekufuran hanya membawa manusia kepada kepedihan siksan-Nya belaka. Allah Yang Maha Pemberi Petunjuk menuntun kita untuk selalu mentauhidkan-Nya dalam beribadah dan beristi’anah, serta menyadarkan kita untuk selalu meminta dibimbing kejalan-Nya yaitu jalan yang lurus , jalan orang-orang yang diberi nikmat bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat. Jalan yang lurus adalah jalan orang yang taat kepada-Nya dan kepada utusan-Nya, jalan orang-orang yang mengetahui kebenaran yang diturunkan-Nya, serta mengamalkan kebenaran tersebut yakni jalan para nabi, shadiqin, syuhada’dan shalihin. Nabi Ibrahim A.S. dan orang-orang yang bersama beliau disebut juga oleh Allah sebagai uswatun hasanah. Nabi Ibrahim A.S. dijadikan Allah sebagai imam bagi seluruh manusia, dan inilah yang kita rasakan dan kita hayati dalam suasana ‘Idul Kurban ini. Allah berfirman dalam surah al-Baqarah 2 [124] yang artinya sebagai berikut; “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji [87] Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku"[88]. Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". [87] Ujian terhadap Nabi Ibrahim A.S. diantaranya: membangun Ka'bah, membersihkan ka'bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain. [88] Allah telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim a.s., karena banyak di antara Rasul-rasul itu adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s. Sejarah kurban sebagaimana dialami oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Beliau diperintahkan untuk menyembelih anaknya Ismail, dan beliau melaksaanakannya. Hal ini dilakukan dalam rangka ibadah kepada Allah SWT. Dalam al-Qur’an surat as-Shoffat 37 [102], yang artinya sebagai berikut; Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" Allah Maha pengasih dan Penyayang. Kurban yang diperintahkan kepada kita umat Muhammad, tidak usah anak kita yang disembelih, seperti yang pernah terjadi pada diri Ibrahim dan Isma’il, tapi cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan menyembelih anak yang kita sayangi dan cintai, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban saja, kita masih terlalu banyak berfikir, memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya dengan konsisten. Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih keberatan, bahkan tidak jarang sampai lupa dan terlewatkan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya. Mendaftar untuk pergi hajipun banyak sekali pertimbangannya, bahkan diundur-undur dan mungkin sampai tidak jadi, apalagi kondisi sekarang ini daftar tahun ini saja berangkatnya nanti kurang lebih 30 tahun kemudian. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat Allah SWT. Keyakinan dengan bertawakal kepada Allah dalam ketaatan kepada-Nya akan menghasilkan kebahagiaan pada akhirnya, meskipun kita diuji dengan berbagai kesulitan pada awalnya. Karenanya kita sangat dianjurkan untuk menjalani hal-hal tersebut agar akhirnya mendapatkan pertolongan Allah dan meraih karunia-Nya. Ibadah kurban yang akan kita laksanakan ini, semoga mendapatkan keridloan dan taqwa dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Haj 22 [37], yang artinya sebagai berikut; “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baikâ€. Adapun faedah dan pahala berkurban tergambar dalam hadist Rasulullah SAW:â€Tidak ada satupun perbuatan manusia yang paling disukai Allah pada hari raya haji (selain) dari mengalirkan darah (berkurban).Sesungguhnya orang yang berkurban itu datang pada Hari Kiamat membawa tanduk, bulu dan kuku binatang kurban itu dan sesungguhnya darah kurban yang mengalir itu akan lebih cepat sampai kepada Allah dari (darah itu) jatuh di permukaan bumi. Maka sucikanlah dirimu dengaan berkurban itu†(hadit riwayat al-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Aisyah). Wallahu a’lam bi al-shawaab. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: