Pendidikan Karakter bagi Generasi Milenial
Oleh: Hayaturrahmi, S.Pd KARAKTER seorang individu terbentuk sejak dia kecil karena pengaruh genetik dan lingkungan sekitar. Dalam tulisannya, Muhammad hidayat (2019) mengatakan bahwa pendewasaan berlangsung secara seremonial menurut budaya daerah masing-masing. Proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak, akan memengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya yang akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Dewasa ini masalah pendidikan bukan saja usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran di ruangan kelas. Pendidikan juga tidak sekadar interaksi dua arah, tapi bagaimana mewadahi peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan, baik dalam hal moral, pengendalian diri, kepribadian, maupun keterampilan yang diperlukan untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Perkembangan dan kemajuan teknologi dalam segala bidang, khususnya dalam bidang pendidikan telah membawa dampak yang sangat luas dalam berbagai aktivitas umat manusia, terutama dalam menghadapi era yang serba maju. Dengan adanya berbagai kebutuhan dan persaingan yang begitu kompleks, maka dunia pendidikan perlu diramu sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan karakter seseorang. Sosok generasi muda atau peserta didik saat ini adalah cerminan kualitas bangsa dan negara ke depan. Dengan demikian, meningkatkan kualitas dan mutu peserta didik menjadi penting setiap waktu. Menurut Ryan dan Bohlin (1999), karakter merupakan suatu pola perilaku seseorang. Orang yang berkarakter baik memiliki pemahaman tentang kebaikan, menyukai kebaikan, dan mengerjakan kebaikan tersebut. Orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Salah satu cara untuk merealisasikannya adalah dengan cara memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan. Upaya ini bertujuan untuk membentuk dan membangun peserta didik yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Pentingnya pendidikan karakter diharapkan juga dapat memberikan dampak positif dalam menghadapi berbagai situasi apapun yang dapat menimbulkan stress. Oleh karena itu, pendidikan karakter dapat memberi pengaruh untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah tata cara, keterampilan sikap, serta tingkah laku seseorang dalam membentuk kepribadian bagi diri sendiri. Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Tujuan pendidikan karakter, yaitu untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju ke arah hidup yang lebih baik. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah SWT, diri sendiri, lingkungan, maupun kebangsaan. Pengembangan karakter bangsa dapat dilakukan melalui perkembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka perkembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan. Artinya, perkembangan budaya dan karakter dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah pancasila, jadi pendidikan budaya dan karakter adalah mengembangkan nilai-nilai pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik. Pendidikan karakter merupakan suatu proses transformasi baru dalam dunia pendidikan baik formal maupun nonformal, yang tujuan akhirnya adalah untuk mempercepat pencapaian cita-cita setiap peserta didik untuk bisa mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Pendidikan karakter tidak hanya mendorong pembentukan perilaku positif anak, tetapi juga meningkatkan kualitas kognitifnya. Penanaman karakter atau character building membutuhkan partisipasi dan tanggung jawab dari orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Menurut FW Foerster terdapat 4 ciri dasar pendidikan karakter, yaitu: pertama, pendidikan karakter menekankan setiap tindakan yang berpedoman terhadap nilai normatif, di mana diharapkan generasi dapat menghormati norma-norma yang ada dan dijadikannya pedoman dalam bertingkah laku di lingkungan masyarakat. Kedua, adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu seseorang akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing serta tidak takut terhadap resiko dalam situasi baru. Ketiga, adanya otonomi, yaitu seseorang menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, seseorang mampu mengambil keputusan dengan mandiri tanpa dipengaruhi atau desakan dari orang lain. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan dalam mewujudkan apa yang dipandang baik dan kesetiaan merupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih. Tujuan pendidikan karakter ini ialah untuk membentuk sikap yang dapat membawa generasi milenial ke arah kemajuan tanpa harus bertentangan dengan norma yang berlaku dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Sang Pencipta, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menurut Sunarti (2005), pendidikan karakter bagi individu bertujuan untuk; mengetahui berbagai karakter baik manusia, dapat mengartikan dan menjelaskan berbagai karakter, menunjukkan contoh perilaku berkarakter dalam kehidupan sehari-hari, dan memahami sisi baik menjalankan perilaku berkarakter Sulistyowati (2012) mengemukakan bahwa ada beberapa alasan pentingnya pendidikan karakter untuk dilaksanakan, yaitu; karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara. Hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter berperan sebagai kemudi dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing. Karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk agar menjadi generasi bangsa yang bermartabat. Begitu pentingnya nilai-nilai karakter ditanamkan pada generasi milenial penerus bangsa. Oleh karena itu, sekolah memiliki peran yang strategis. Lebih lanjut, guru sebagai ujung tombak pendidikan merupakan sosok yang berpengaruh dalam pembentukan karakter peserta didik. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah bisa didukung oleh segenap civitas akademik yang terdiri dari kepala sekolah, para wakil kepala sekolah, para guru, dan setiap warga sekolah lainnya. Nilai-nilai karakter yang perlu dibina dalam diri siswa, yaitu religius, kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, kreatif, komunikatif, peduli lingkungan, tanggung jawab, rasa ingin tahu, dan kerja sama. Keberhasilan pendidikan karakter dapat tercermin dari perubahan sikap siswa dalam menaati peraturan sekolah. Jadi, pendidikan karakter merupakan suatu sistem untuk menanamkan nilai nilai kepribadian yang luhur meliputi hubungan terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan. Tujuan pendidikan karakter ialah untuk menciptakan manusia yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia, dan memiliki kepribadian yang positif agar mampu mengelola dan mengambil peran dalam membangun bangsa yang hebat dan bermartabat. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: