Omicron Menggila, RS Penuh dan Anak-Anak Paling Terancam
SAAT kasus aktif sudah hampir mencapai 150 ribu orang pada Jumat (4/2), namun kapasitas RS masih memadai atau terkendali. Apa alasannya? Ternyata kuncinya pada cakupan vaksinasi yang sudah semakin tinggi saat ini. Beda kondisinya saat Delta menyerang dan cakupan vaksin masih rendah. “Kenapa BOR tetap terkendali di saat kasus aktif sudah 100 ribuan? BOR cenderung masih stabil saat gelombang Omicron, berbeda dengan Delta. Sekali lagi, ini bukan karena varian Omicron lemah atau ringan, tetapi karena imunitas masyarakat sudah vaksin. Ya, kita jangan tunggu BOR sampai tinggi. Kasus aktif itu banyak sekali tak bisa dihindari ya,†kata epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman kepada awak media, Jumat (5/2). Berdasar itu, Dicky meminta pemerintah dan masyarakat untuk mempercepat akselerasi vaksin booster. Terutama pada lansia dan komorbid. Selain itu, segera melengkapi vaksin pada anak hingga 2 dosis. “Itu karena mereka dominan menjadi penghuni dari RS itu,†tegasnya. “Dan ada hal harus dipahami. Kalau RS kita belum penuh atau di bawah BOR standar, bukan berarti situasi masih terkendali, bukan berarti tak serius di masyarakat. Itu akan bergantung karakter masyarakat Indonesia,†katanya. Dicky menjelaskan sekalipun BOR tampak terkendali, namun pada gelombang Omicron kali ini justru kelompok paling rentan adalah anak-anak. Mengapa? Sebab anak di bawah 6 tahun belum bisa mendapatkan vaksin. Anak usia 6-11 tahun juga sebagian besar belum vaksin atau baru 1 dosis. Dan anak di atas usia 12-18 tahun bisa jadi vaksinnya sudah kedaluarsa. “Maka, meski BOR untuk orang dewasa cenderung stabil, tetapi kalau anak-anak sudah sakit, itu sudah cukup membuat BOR kewalahan. Pasalnya, fasilitas ruang rawat inap anak itu sangat terbatas. Ruang NICU PICU itu sedikit. BOR untuk anak sudah cukup mengancam,†kata Dicky. “Orang tua pasti akan cemas saat anaknya mengeluh sesak atau gejala tak biasa. Maka saat panik itulah, orang tua berbondong-bondong bawa anak mereka ke RS dan memicu BOR menjadi penuh,†lanjutnya. Ia mencontohkan tren global menunjukkan proporsi kasus anak terkesan naik lebih banyak saat gelombang Omicron kali ini. Itu karena anak-anak belum vaksin. “Kita lihat Eropa, Amerika, Australia mulai melaporkan kasus kematian pada anak,†ungkapnya. Update BOR saat Ini Catatan Satgas Covid-19, rata-rata BOR di RS rujukan tingkat nasional sebesar 13,89 persen. DKI Jakarta penyumbang tertinggi mencapai 52 persen, disusul Banten 22 persen, dan Jawa Barat 16 persen. Kabar baiknya, 30 provinsi lainnya di Indonesia mampu mempertahankan BOR di bawah 10 persen. Terkait BOR ini, pemerintah mengantisipasi lonjakan pasien yang membutuhkan perawatan rumah sakit dengan meningkatkan jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19 hingga mencapai total 10.996 tempat tidur di ruang Isolasi dan ICU RS rujukan. Angka ini pun masih dapat dioptimalkan dengan mengkonversi hingga 40 persen apabila kebutuhannya bertambah di kemudian hari. Pemerintah juga terus berupaya meningkatkan kesembuhan dengan mencukupi ketersediaan tempat isolasi maupun karantina pasien positif akibat transmisi lokal maupun Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). Kondisi saat ini, total ada 7.894 tempat tidur (TT) di Wisma Atlet Kemayoran untuk PPLN gejala ringan dan sedang, total 5.796 TT di Wisma Atlet Pademangan dan 1.566 TT di Rusun Penggilingan untuk PPLN tanpa gejala, total 444 TT di 6 RS Rujukan untuk PPLN gejala berat, total 663 TT di 6 Hotel dan Tempat Isolasi terpusat untuk PPLN tanpa gejala dan gejala ringan serta total lebih dari 76 ribu tempat isolasi terpusat di seluruh Indonesia. (bbs.jpc/kbe)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: