Akhirnya Ukraina Lebih Percaya Israel dan Minta Bantuannya, Padahal....
KIEV- Setelah mengungkapkan rasa kecewanya pada upaya NATO, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy meminta Perdana Menteri Israel Naftali Bennett untuk menjadi penengah dalam konflik dengan Rusia. Hal itu diungkapkan oleh utusan Ukraina untuk Israel. "Sebenarnya Kami telah berbicara dengan Israel setidaknya selama setahun terakhir tentang kemungkinan peran perantara bagi Israel," kata Duta Besar Yevgen. "Kepemimpinan kami percaya bahwa Israel adalah satu-satunya negara demokratis yang memiliki hubungan baik dengan kedua negara," tambahnya. Korniychuk mengatakan percakapan telepon yang berlansung hari Jumat antara para pemimpin itu adalah kelima kalinya Zelenskiy meminta Bennett untuk mediasi Israel. Dia menambahkan bahwa sebelumnya telah meminta mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden Israel Isaac Herzog. "Saya mendengar (bahwa) tawaran ini tidak diterima dengan baik oleh pihak Rusia," kata Korniychuk. Juru bicara Bennett belum menanggapi ketika diminta untuk berkomentar. Sementara pernyataan sebelumnya oleh kantor PM Israel tentang percakapan Bennett dengan Zelenskiy tidak menyebutkan mediasi apa pun. "Bennett mengulangi harapannya untuk mengakhiri pertempuran dengan cepat, dan mengatakan bahwa dia mendukung rakyat Ukraina di hari-hari yang sulit ini," kata pernyataan itu. Pernyataan itu menambahkan bahwa PM Israel menawarkan bantuan kemanusiaan kepada Kyiv. Seorang diplomat di kedutaan Rusia untuk Israel menolak berkomentar. Dia mengatakan tidak berwenang untuk berbicara kepada media. Sementara menyerukan solusi damai di Ukraina, Israel berhati-hati untuk mengkritik Rusia secara terbuka. Mereka juga telah menawarkan perlindungan bagi anggota komunitas Yahudi Ukraina yang terjebak dalam pertempuran. Negara sekutu utama Amerika Serikat ini mengutuk invasi Rusia pada hari Kamis lalu itu. Israel menyebut sebagai "pelanggaran serius terhadap tatanan internasional" dan sejak itu sebagian besar tetap diam atas tindakan Moskow. Duta Besar Israel di Moskow dipanggil untuk melakukan pembicaraan. Hal itu diungkapkan oleh kedutaan Rusia di Israel. "Harapan diungkapkan bahwa Israel akan memperlakukan dengan pemahaman yang semestinya alasan yang mendorong kepemimpinan Rusia untuk memutuskan untuk melakukan operasi militer khusus untuk melindungi warga sipil di Donbass, demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina," kata kedutaan. Terbaru, pasukan Rusia yang menyerang mendekati ibu Kota Ukraina, Kyiv pada hari Jumat berhasil mengepung ibu kota. Hal itu dilakukan setelah pasukan Rusia melakukan serangan udara di beberapa kota dan pangkalan militer di seluruh negeri. Pengepungan ini menimbulkan tanda bahwa Rusia bertujuan menggulingkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Zelensky pun sempat merilis video bahwa dia dan pejabat tinggi lain akan tetap tinggal di ibu Kota dan menyerukan gencatan senjata. Merespons hal ini, Presiden AS Joe Biden dan NATO sepakat mengirim ribuan pasukan untuk membantu melindungi sekutunya. Kepala NATO, Jens Stoltenberg mengatakan akan menerjunkan pasukan untuk pertama kalinya demi memperkuat pertahanan Ukraina dari invasi Rusia. Stoltenberg memperingatkan bahwa invasi Rusia ini telah mengancam keamanan Eropa yang lebih luas di luar anggota non-NATO Ukraina. Untuk itu, pasukan NATO dan kekuatan udara diterjukan di sisi timur Ukraina. Dia mengatakan sekutu juga telah mengaktifkan rencana pertahanan. Ribuan tentara NATO bahkan sudah bersiaga di darat, laut dan udara. "Kemarin, sekutu mengaktifkan rencana pertahanan kami dan sebagai hasilnya, kami mengerahkan elemen Pasukan Respons NATO (NRF) di darat, di laut, dan di udara untuk lebih memperkuat postur kami dan untuk merespons dengan cepat segala kemungkinan." "Kami memiliki lebih dari 100 jet dalam siaga tinggi, beroperasi di lebih dari 30 lokasi berbeda dan lebih dari 120 kapal dari utara hingga Mediterania," kata Stoltenberg. "Ini untuk menjaga perdamaian untuk mencegah serangan dan untuk mencegah perang yang terjadi di Ukraina meluas ke negara sekutu NATO mana pun," tegasnya. "Ini untuk menjaga perdamaian untuk mencegah serangan dan untuk mencegah perang yang terjadi di Ukraina meluas ke negara sekutu NATO mana pun," tegasnya. Sementara asukan militer Rusia mengatakan, mereka telah mengepung kota Sumy dan Konotop di timur laut Ukraina pada hari Jumat.Termasuk 17 pusat komando, 19 sistem rudal pertahanan udara, 39 unit radar, 67 tank dan enam pesawat tempur. Militer Rusia juga mengatakan telah merebut bandara strategis di luar Kyiv, yang memungkinkannya dengan cepat membangun kekuatan untuk merebut ibu kota. Sementara itu, seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan, diperkirakan Rusia kini telah meluncurkan lebih dari 200 rudal ke Ukraina..  (bbs)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: