Saddam Husein, Anak Kandung Pendeta Saifuddin Ibrahim Tahu Ayahnya Murtad Saat Khusyuk Berdoa

Saddam Husein, Anak Kandung Pendeta Saifuddin Ibrahim Tahu Ayahnya Murtad Saat Khusyuk Berdoa

KELAKUAN Pendeta Saifuddin Ibrahim atau Abraham Moses yang selalu menyerang Islam juga menuai kecaman dari keluarganya. Anak kandungnya, Ustaz Saddam Husein, turut menyesalkan tindakan ayahnya. Saddam Husein putra kedua Pendeta Saifuddin Ibrahim, mengecam tindakan ayahnya yang setelah pindah keyakinan tapi malah membuat kegaduhan dengan menistakan agama lain. Saddam Husein pun bercerita moment saat dirinya pertama kali melihat ayahnya pindah agama menjadi murtad. Saat itu tahun 2006 dan Saddam Husein masih duduk di kelas 6 SD. Sebuah video yang dirilis oleh Dawa Video pada 8 Januari 2015 pada Youtube, mendokumentasikan perasaan Saddam Husein ketika tahu ayahnya keluar dari Islam. Padahal, Saddam Husein juga tahu bahwa sebelum murtad ayahnya pernah menjadi seorag ustadz. Ayahnya merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta, lalu menjadi pengurus Pondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu. Dalam video tersebut, Saddam Husein, putera kedua dari Saifuddin juga menceritakan bahwa kemurtadan ayahnya tidak secara langsung diketahui kedua saudaranya dan ibunya. Saddam Husein merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, hasil pernikahan Saifuddin Ibrahim denga Nurhayati. Saddam Husen bercerita, ayahnya merasakan kekecewaan berat terhadap Pondok Pesantren Al-Zaytun. Keluarganya kemudian diboyong keluar dari Al-Zaytun Indramayu, meski tak langsung tinggal serumah dengan semua keluarganya. Pada masa itulah, Saddam satu-satunya anak yang dibawa ke Jakarta oleh Saifuddin Ibrahim dan kemudian mengetahui kemurtadan ayahnya. Kata Saddam Husein, ayahnya mengunjungi beberapa “temanâ€ Saifuddin, yang belakangan diketahui di antaranya pemimpin Ziokindo (Zionis Kristen Indonesia) yakni Edi Sapto. Di saat kunjungan tersebut, didapati oleh Saddam Husein bahwa Saifuddin telah berdoa layaknya seorang Kristiani, begitu khusyuk, dan mengimani Yesus sebagai juru selamat. Merasa terpukul dengan kemurtadan Saifuddin, Saddam yang masih kelas 6 SD ketika itu (2006) tak dapat menghentikan air matanya. Saddam Husein tak habis pikir, ayahnya yang seorang ustadz dapat begitu mudah menjadi kafir. Setibanya di rumah, Saddam tak mampu mengutarakan langsung apa yang ia ketahui tentang ayahnya kepada Ibu dan kedua saudaranya, karena tinggal di tempat yang berbeda. Namun, tak lama kemudian Saifuddin memboyong semua keluarganya ke Jakarta dan mulai mendakwahkan Injil kepada dua saudaranya yang lain, yakni Reza Fikri (anak pertama) dan Muammar Khadafi (anak ketiga). Muammar yang masih polos ketika itu menganggap ayahnya masih seorang ustadz yang sedang mengajarkan tentang apa itu agama Kristen, maka tidak ada yang curiga, termasuk isteri Saifuddin, Nurhayati. Mereka diberikan masing-masing sebuah Al-kitab dan diawali dengan memahamkan tugas orang tua dalam Amsal, kemudian disusul dengan Mathius. Mulanya semua berjalan seperti sebuah ta’lim biasa. Namun Saddam Husen tak dapat menahan perasaannya melihat upaya pemurtadan terjadi di rumahnya. Saddam Husein akhirnya membongkar kemurtadan Saefuddin kepada ibu dan kedua saudaranya. Seketika itu mereka menjadi sedih, terutama sang istri Nurhayati. Bahkan, dengan memanfaatkan posisinya sebagai imam rumahtangga, Saefuddin membaptis isterinya. Istrinya tak mampu melawan, walaupun di dalam hati Nurhayati menolak sejadi-jadinya. Seiring semakin kerasnya upaya Saifuddin dalam mengkristenkan keluarganya, Nurhayati berupaya menyelamatkan putra-putranya. Nurhayati kabur membawa ketiga putranya ke Jepara, menghindari pemurtadan yang dilakukan suaminya sendiri. Nurhayati kembali kepada Allah SWT. Dan ketiga anak dari Saifuddin Ibrahim kini masih menjadi Muslim, dan mereka meminta ayahnya untuk kembali ke Islam. (ing)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: