Pelayanan di RS Kartika Husada Jatiasih Dikeluhkan Keluarga Pasien, Parah!
RS Kartika Husada Jatiasih, Kota Bekasi--
KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID - Satu lagi kejadian di Jatiasih Kota Bekasi. Pasien meninggal di IGD salah satu Rumah Sakit Swasta karena dinilai lambat dalam penanganan.
Keluarga pasien (KP) menceritakan kepada wartawan, kejadian meresahkan yang dialaminya hingga sang Ayah meninggal akibat di IGD akibat pelayanan Rumah Sakit Kartika Husada, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Hal itu mendapat keluhan pasien karena dianggap tidak profesional dalam memberikan pelayanan hingga membuat kecewa.
Keluarga pasien seyogya adalah bagian dari orang kesehatan itu sangat menyesalkan pelayanan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RS Kartika Husada Jatiasih karena petugas kesehatan yang ditempatkan tidak profesional hingga mengakibatkan keluarga pasien meninggal.
BACA JUGA:Camat Cikarang Selatan Resmi Dilantik
"Saya sebenarnya sudah ikhlas dengan kepergian suami saya. Tapi yang sangat disesalkan adalah pelayanan di IGD RS Kartika, Seandainya pelayanan di IGD itu maksimal kemungkinan suami saya sempat tertolong,"kata Ibu
Dia mengatakan suaminya akhirnya meninggal karena tidak maksimalnya pelayanan di RS Kartika Husada Jatiasih.
BACA JUGA:Subsidi Bantuan Uang Muka dari Pemerintah di Kabupaten Bekasi Diduga tak Dinikmati Debitur
"Setelah satu jam setengah suami saya berada di RS Kartika Husada Jatiasih, Kemudian meninggal. Kami ikhlas mungkin kehendak Allah SWT, tapi sebagai orang kesehatan dan sama-sama paham tentang pelayanan kami tau pelayanan yang diberikan rumah sakit tidak profesional,"ungkapnya.
Menurutnya suaminya meninggal belum ada penangangan maksimal dari rumah sakit, sejak tiba di IGD pukul 00.30 WIB hingga pukul 02.00 WIB setelah dinyatakan meninggal tidak ada upaya penyelamatan dari pihak pelayanan kesehatan di RS setempat.
BACA JUGA:Ridwan Kamil Minta Guru dan Pelajar Jadi Terdepan Cegah Potensi Perundungan dan Tawuran
"Kami ini keluarga kesehatan, anak saya orang kesehata, bahkan suami saya juga orang kesehatan, jadi paham terkait pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tapi kami ketika di RS hanya diam dan memasrahkan agar mendapat pelayanan kesehatan maksimal, tapi apa petugas di IGD terkesan tak profesional,"paparnya.
Hal itu dikatakan saat pertama masuk ke ruang IGD tidak langsung mendapat pelayanan seperti infus. Padahal sebagai keluarga telah menyarankan agar bisa diinfus karena pasien mengalami kekurangan cairan akibat dehidrasi dan menceret.
BACA JUGA:Hampir Setahun, Laporan Korban Pelecehan Seksual Anak Dibawah Umur di Bekasi, Terduga Belum Ditangkap
"Suami saya pada pukul 22.00 WIB di rumah mengeluh sakit perut, lalu menceret dan muntah muntah beberapa kali. Melihat kondisi itu kami beri obat dari RS yang ada di rumah, kondisi sempat membaik, tapi tidak lama kemudian menceret dan muntah lagi dan kondisi makin memburuk lemas dan pucat karena kekurangan cairan,"ujarnya.
Melihat kondisi itu keluarga sebenarnya sudah mencoba infus sendiri di rumah tapi, tidak maksimal karena kondisi almarhum makin lemas. Akhirnya disepakati untuk membawa ke rumah sakit, meskipun sempat ditolak oleh almarhum.
Saat akan dibawa ke rumah sakit keluarga akhirnya memilih ke RS Kartika Husada setelah menghubungi pihak marketing yang langsung dipersilahkan untuk membuat rujukan. Dan Almarhum pun langsung dibawa ke IGD.
"Begitu sampai di IGD rumah sakit, pasien langsung di dudukkan di tempat tidur, pasien saat itu sempat protes meminta agar tempat tidur jangan ditinggikan karena tak bisa bernafas dan perut makin sakit, tapi petugas kesehatan tidak ada yang merespon,"kisahnya mengaku tempat tidur itu sempat diturunkan anaknya hingga pasien mengaku lega dan bisa bernafas.
BACA JUGA:Sapa Peserta KOAS di Depok, Atalia: Perkuat Pemahaman Agama Anak-anak
Sementara keluarga pasien mengaku karena telah di RS tidak berbuat apa-apa lagi, begitupun ketika dokter rumah sakit bertanya kondisi almarhum lalu dijawab keluarga bahwa pasien mengalami diare dehidrasi, "Lalu dokter jawab, saya lebih tau saya dokter,"ujarnya menirukan.
Mendengar jawaban dokter keluarga almarhum sempat mengatakan bahwa baik pasien dan kelaurganya adalah petugas kesehatan. Sehingga meminta agar bisa segera diinfus saja, karena sudah kekurangan cairan mungkin lebih enakan.
"Saya sudah minta tolong setengah memelas agar suami saya bisa diinfus segera agar kondisinya membaik karena telah kekurangan cairan akibat diare dan muntah beberapa kali di rumah. Tapi tetap saja tidak diinfus,"imbuhnya.
BACA JUGA:Ridwan Kamil : Pendidikan Karakter Lahir dari Kepedulian Sesama
Kekecewaan lainnya adalah pelayanan kesehatan yang ditugas di IGD tak profesional seperti saat pemasangan Elektrokardiogram atau EKG untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung tidak hidup. Akhirnya dibantu oleh anak almarhum baru bisa hidup EKG.
Melihat kondisi pelayanan kesehatan di IGD itu keluarga pasien makin khawatir apalagi setelah melihat kondisi almarhum makin lemas tanpa ada petolongan pertama yang maksimal.
BACA JUGA:Persiapan Mudik Idulfitri 1444 H, Jalur Inspeksi Kali Malang Mulai Diperbaiki
"Kalo pelayanannya begini tidak ada harapan saya bilang, kalo memang pelayanan ga bisa maka kami mau keluar cari tempat lain. Tapi kondisi suami saya saat itu makin lemas. Sementara pelayan kesehatan di IGD mencari obat penenang saja cukup lama, hingga akhirnya suami saya mengalami kejang dan alat stik untuk mulut tidak ada hingga anaknya yang sekolah kesehatan memasukkan jarinya ke mulut ayahnya,"paparnya.
Sementara dikonfirmasi terpisah pihak RS Kartiak Husada Jatiasih, terkait keluhan keluarga pasien yang seyogya dari orang kesehatan sendiri tidak bisa memberi jawaban.
BACA JUGA:Siap-siap, Jabar Gelar Vaksinasi Polio Mulai 3 April 2023
"Setelah mendapatkan konfirmasi ini, saya tentu tidak bisa memberi jawaban apapun. Tapi konfirmasi dari rekan media ini akan disampaikan ke pihak manajemen RS Kartika Husada,"jawab Mira Humas RS Kartika Husada dikonfirmasi pada Jumat 30 Maret 2023.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: