Pengaruh Metode Peripatetik Berdasar Perspektif Filsafat Aristoteles terhadap Capaian Kognitif Anak Usia Dini
Dosen Prodi PIAUD STAI DR. KH. EZ. Muttaqien Purwakarta, Enjang, M.A., M.Ud-KBE-karawangbekasi.disway.id
PEMBELAJARAN bisa didefinisikan sebagai serangkaian perubahan yang terjadi pada individu yang melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya menuju serangkaian perubahan ke arah yang lebih baik ataupun tidak baik, tergantung bagaimana setiap individu memaknai perubahan itu. Perubahan perilaku terhadap hasil belajar bersifat terus menerus, fungsional, positif, aktif, dan terarah (Pane & Dasopang, 2017:334).
Jean Piaget dalam (Mustafa, 2002) menegaskan bahwa keterlibatan aktif anak-anak dengan lingkungannya akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif mereka, setiap tahap perkembangan yang dilalui anak saling terintegrasi satu sama lainnya, baik itu perkembangan tahap sensori motor (0-2 tahun), tahap berpikir pra-operasional (2-7 tahun), tahap operasi konkret (7-11 tahun) dan tahap operasi formal (11-15 tahun).
Anak rentang usia dini atau sering juga disebut dengan usia emas adalah masa di mana terjadi proses perkembangan segala potensi yang ada pada diri mereka. Untuk membantu perkembangan secara optimal maka dibutuhkan bimbingan dan layanan pendidikan yang memadai sehingga perkembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai perwujudan potensi yang ada pada diri mereka akan terus berkembang dengan baik dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Karenanya seorang guru harus berinisiatif menumbuhkan motivasi, minat, dan semangat para anak didiknya dengan berwisata alam atau belajar sambil berjalan-jalan, baik itu dilaksanakan di lingkungan sekolah ataupun di tempat-tempat indah dan nyaman di luar lingkungan sekolah.
BACA JUGA:Tiga Rahasia Kevin Memastikan Produktivitas Tetap Terjaga dengan Galaxy Ring
Pendidikan anak usia dini menitikberatkan bagaimana siswa mampu mengenali, memahami, dan menyesuaikan diri dan lingkungannya, dengan proses itu semua maka akan mampu meningkatkan kecerdasan anak termasuk penggalian ide-ide dan wawasan mereka. Tentunya saja yang harus muncul pertama kali adalah rasa senang terhadap proses belajar itu sendiri.
Untuk menemukan kesenangan dan kecintaan pada ilmu pengetahuan yang kemudian mereka mampu mengembangkan daya nalar dan ide-idenya, maka pelaksanaan pembelajaran harus dilakukan dengan model yang tepat dan disenangi oleh para siswa.
Sehingga substansi pendidikan dapat diterima dengan mudah oleh para siswa sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah diprogramkan. Salah satu hal yang harus dilakukan adalah dengan menerapkan metode filsafat peripatetik Aristoteles terhadap setiap proses pembelajaran yang dilakukan
Peripatetik adalah metode filsafat yang merujuk pada kebiasaan Aristoteles dalam memberikan pengajaran kepada murid-muridnya, Dalam bahasa arab peripatetik disinonimkan dengan istilah masya’i atau masya’iyin yang diartikan dengan berjalan berkeliling atau memutar-mutar, hal ini merujuk pada kebiasaan Aristoteles di mana dalam melaksanakan pembelajaran bersama murid-muridnya selalu dilakukan dengan berjalan sambil mengajar.
BACA JUGA:Banjir Bandang Sungai Cigeuntis Lumpuhkan Akses Jalan di Karawang, Warga Gotong Royong Buka Akses
BACA JUGA:Sinopsis SAO Alternative: GGO Musim II Episode 8 dan Tempat Nontonnya
Metode peripatetik dalam perspektif filsafat Aristoteles bisa dijadikan sebagai sebuah model karena di sana setiap siswa akan diberikan kesempatan untuk mengemukakan semua hal yang di alami, dipelajari, dipikirkan, dan dimengerti dari semua proses pembelajaran dari semenjak kehadirannya di sekolah, kemudian keluar kelas dengan berjalan-jalan mengitari lingkungan sekolah ataupun pergi ke tempat yamg lebih indah dan nyaman sambil belajar sehingga si anak merasa senang untuk menceritakan kembali pengalamannya. Melalui Metode peripatetik ini akan dengan mudah mendorong para siswa untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya. (*)
Oleh: Enjang, M.A., M.Ud
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: