Anak Muda Pamer Kekayaan di Medsos, Ini Penyebabnya Kata Psikolog

Anak Muda Pamer Kekayaan di Medsos, Ini Penyebabnya Kata Psikolog

FENOMENA pamer kekayaan ala Indra Kenz dan Doni Salmanan berujung bui. Dua anak muda ini tajir-melintir dari hasil “melanggar hukumâ€. Eksplorasi kepuasan akan capaian tidaklah salah. Asal gak berlebihan. Bisa jadi dilakukan untuk membalas traumatis di masa lalu. Dua anak muda itu kini berstatus tersangka hingga akhirnya ditahan. Doni Salmanan, yang pernah dijuluki crazy rich asal Bandung ini, bersangkutan dengan hukum karena platform Quotek. Pria kelahiran 1998 tersebut disangkakan pasal dugaan tindak pidana judi daring dan penyebaran berita bohong melalui media elektronik dan/atau penipuan atau perbuatan curang dan/atau tindak pidana pencucian uang (TPPU). Di sisi lain Indra Kenz, anak muda 26 tahun asal Medan, tersangkut hukum karena dugaan tindak pidana judi online dan/atau penyebaran berita bohong melalui media elektronik dan/atau penipuan, perbuatan curang dan/atau TPPU terkait aplikasi Binomo. Kedua crazy rich ini kerap memamerkan kekayaan melalui akun YouTube masing-masing. Indra dan Doni sering mengaku sukses karena trading. Psikolog Rini S Minarso menilai fanomena anak muda mendadak kaya hingga memamerkan harta di media sosial dilatarbelakangi beberapa sebab. Pertama, mereka ingin diperhatikan. Atensi masyarakat luas jadi kebanggaan tersendiri. “Beberapa orang yang melakukan pamer di medsos, biasanya cenderung adalah orang-orang yang sebenarnya tidak mendapatkan banyak perhatian dari orang yang diharapkan misalnya dari keluarga, teman, atau sekitarnya,â€ tutur Rini. Mereka melakukan itu cenderung untuk menunjukkan eksistensi diri dan keberadaannya. Orang dengan karakter seperti itu, kata Rini, biasanya sangat memedulikan asumsi orang. Sehingga penilaian orang lain akan sangat memengaruhi kehidupannya sehari-hari dan memberi kepuasan. “Ketika orang lain menilai dan berasumsi ia sukses (dari apa yang dipamerkan) ia akan merasa sangat puas dengan hidupnya,â€ ucap Rini. Pengalaman traumatis di masa lalu, imbuh Rini, biasanya ikut memberikan pengaruh. Misalnya pengalaman direndahkan atau tidak dianggap. “Sehingga saat memiliki lebih banyak (harta, red) dari yang pernah didapatkan dulu, dia cenderung akan menunjukkan keberhasilannya saat ini,â€ ungkap Rini. Rini menambahkan, bagi anak muda bukan sesuatu hal yang salah untuk menunjukkan kepuasan dan penghargaan atas apa yang telah dicapai. “Tapi jika tujuannya untuk pamer, agar diterima dalam pergaulan, agar diakui eksistensinya dan/atau untuk alasan-alasan yang tidak sehat, tentu hal tersebut akan menjadi sesuatu yang salah,â€ pungkas Rini. (rdrc/de)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: