Imbas Perang Rusia-Ukraina, Harga Minyak Lampaui USD 105 Per Barrel

Imbas Perang Rusia-Ukraina, Harga Minyak Lampaui USD 105 Per Barrel

RUSIA melancarkan invasi habis-habisan ke Ukraina melalui darat, udara dan laut dalam serangan terbesar oleh satu negara terhadap negara lain di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Presiden Amerika Serikat Joe Biden meluncurkan sanksi baru yang keras terhadap Rusia, memberlakukan langkah-langkah untuk menghambat kemampuannya guna melakukan bisnis dalam mata uang utama dunia bersama dengan sanksi terhadap perbankan dan perusahaan “pelat merahâ€ negara itu. Inggris mengumumkan langkah-langkah baru yang menargetkan bank, anggota inner circle Putin dan orang-orang yang sangat kaya yang menikmati gaya hidup London yang mewah. Harga minyak melonjak, Kamis, dengan Brent melampaui USD105 untuk kali pertama sejak 2014 sebelum menyusut, setelah serangan Rusia di Ukraina memperburuk kekhawatiran tentang gangguan pasokan energi global. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa Barat harus mengakhiri ketergantungannya pada minyak dan gas Rusia. Minyak mentah berjangka Brent, patokan global, ditutup melesat USD2,24, atau 2,3 persen, menjadi USD99,08 per barel, setelah menyentuh level tertinggi di USD105,79 per barrel. Sementara itu, patokan Amerika, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menguat 71 sen, atau 0,8 persen, menjadi USD92,81 per barrel, setelah sebelumnya meroket menjadi USD100,54 per barrel. Demikian mengutip laporan Reuters, di New York, Kamis 24 Februari 2022 atau Jumat 25 Februari 2022 pagi WIB. Brent dan WTI masing-masing menembus level tertinggi sejak Agustus dan Juli 2014. Kemudian di sesi tersebut, harga menyusut setelah Biden mengatakan Amerika Serikat bekerja sama dengan negara lain dalam pelepasan gabungan minyak tambahan dari cadangan minyak mentah strategis global. Berita seputar pelepasan cadangan minyak “memiliki dampak psikologis, tetapi apakah ada dampak nyata, akan memakan waktu beberapa minggu untuk bisa dilihat,â€ kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago. Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga dan eksportir minyak terbesar kedua, kata analis UBS Giovanni Staunovo. “Mengingat persediaan yang rendah dan kapasitas cadangan berkurang, pasar minyak tidak mampu menanggung gangguan pasokan yang besar,â€ papar dia. Rusia juga merupakan pemasok gas alam terbesar ke Eropa, menyediakan sekitar 35 persen dari pasokannya. Setidaknya tiga pembeli utama minyak Rusia tidak dapat membuka letter of credit dari bank-bank Barat untuk menutupi pembelian pada sesi Kamis, menurut narasumber kepada Reuters. China memperingatkan dampak ketegangan terhadap stabilitas pasar energi. “Semua negara yang benar-benar bertanggung jawab, harus mengambil tindakan yang bertanggung jawab untuk bersama-sama menjaga keamanan energi global,â€ kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China. Di Amerika Serikat, persediaan minyak mentah komersial naik 4,5 juta barrel pekan lalu menjadi 416 juta barrel, jauh lebih banyak dari ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk peningkatan 400.000 barrel. Namun, minyak mentah dalam SPR Amerika turun 2,4 juta barrel menjadi 582,4 juta barrel, terendah sejak 2002, menurut data pemerintah. Secara global, pasokan minyak tetap ketat karena permintaan pulih dari posisi terendah pandemi. Mencerminkan pengetatan tersebut, premi pada kontrak Brent untuk pemuatan dalam satu bulan dibandingkan kontrak untuk pemuatan dalam enam bulan, metrik yang diawasi ketat para trader, mencapai rekor tertinggi di USD13,07 per barrel. Analis mengatakan Brent kemungkinan akan tetap di atas USD100 per barel sampai pasokan alternatif yang signifikan tersedia dari shale-oil Amerika atau Iran, misalnya. (reuters/fin/kbe)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: