SEJUMLAH Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) mulai tidak menjual bahan bakar premium. Di Makassar misalnya, tersisa enam SPBU yang masih menyediakan bahan bakar dengan oktan rendah itu. Sementara di Jabodetabek, beberapa SPBU sudah mengeluarkan pengumuman tak lagi menyediakan premium. Anggota DPR Komisi VII yang membidangi energi, Mulyanto pun memberikan respons atas hilangnya premium di beberapa SPBU. Menurutnya, keputusan pemerintah melalui Kementerian ESDM tetap menyiapkan premium di tahun 2021. “Ada yg kirimi foto ini. Apa dasar hukum SPBU di jabodetabek tidak jual Premium. Menteri ESDM tidak hapus Premium di 2021,†kata Pak Mul sapaan akrabnya dikutip Fajar.co.id di akun Twitternya, Senin (4/10/2021). Dirinya pun meminta Pertamina menindak SPBU yang dapat jatah premium tapi tidak menjualnya lagi. Tak sampai di situ, politisi PKS itu pun curiga langkanya premium saat ini bisa jadi karena kebijakan sepihak Pertamina. “Pertamina harus menindak SPBU seperti ini. Atau jangan2 ini justru kerjaan Pertamina? Dalam rapat terdekat akan kita tanyakan,†ungkapnya. Mulyanto menyebut, pembatasan premium memang telah dilakukan di beberapa kota. “Sebelumnya hanya di beberapa kota dlm rangka edukasi, namun harga pertalite menjadi turun sesuai harga premium,†jelasnya. Khusus di Makassar sendiri, PT Pertamina Patra Niaga regional Sulawesi memastikan tidak lagi menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis premium.Meski demikian, Pertamina tetap menjual premium hanya di enam SPBU di Kota Makassar. Senior Supervisor Communication dan Relations PT Pertamina Patra Niaga regional Sulawesi, Taufiq Kurniawan mengatakan meski PT Pertamina telah menghentikan penjualan BBM jenis premium, tetapi di Kota Makassar masih tetap bisa. Meski demikian, hanya ada enam SPBU di Kota Makassar masih menjual premium. “Di Makassar untuk premium tinggal enam SPBU, untuk melayani konsumen yang menikmati subsidi. Konsumen reguler kita harapkan isi sesuai spesifikasi kendaraan,†ujarnya, Rabu (29/9/2021). Di luar enam SPBU tersebut, kata Taufiq, warga tidak akan lagi menemukan BBM jenis premium. Taufiq mengaku premium hanya dijual untuk nelayan dan petani yang berada di daerah tertinggal dan terluar. Taufiq mengaku penghentian penjualan premium dilakukan karena sudah tidak sesuai lagi dengan spesifikasi dan teknologi kendaraan, khususnya sepeda motor saat ini. Ia menyarankan kepada warga pengguna kendaraan untuk mengisi BBM yang oktannya sesuai dengan dengan kendaraan. “Pertamina punya program langit biru, dimana program itu mengedukasi konsumen untuk mengisi BBM sesuai dengan spesifikasi kendaraannya, sesuai manual book-nya. Kalau isi (oktan) 90 ya isi 90, kalau isi 92 ya isi 92,†sebutnya. Taufiq mengaku kebutuhan premium saat ini tidak lagi sesuai dengan teknologi kendaraan diproduksi saat ini. Bahkan, kendaraan untuk produksi tahun 2000-an minimal telah menggunakan oktan 90. “Ini kita lakukan edukasi ini untuk memancing konsumen untuk merasakan pengalaman berkendara bahan bakar berkualitas minimal pertalite. In keputusan nasional berdasarkan Protokol Paris dan keputusan KLHK tentang emisi gas buang minimal,†pungkasnya. (bbs/msn/kbe)
Jangan Kaget!, Premium Pelan-Pelan Mulai Menghilang dari SPBU
Senin 04-10-2021,09:36 WIB
Editor : redaksimetro01
Kategori :