GUNUNG Ciremai menjadi habitat bagi Macan Tutul Jawa. Namun, jumlah karnivora tersebut diperkirakan tidak sampai 15 ekor saja. Macan Tutul kini menjadi puncak rantai makanan di Gunung Ciremai, terutama setelah Harimau Jawa dinyatakan punah. Sayangnya, keberadaannya di alam liar juga kian terancam. Mengingat jumlahnya saat ini kian sedikit. Keberadaan Macan Tutul sangat penting untuk Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Bila jenis ini punah, tentunya akan berpengaruh pada ekosistem secara keseluruhan. Jumlah satwa yang biasa menjadi mangsanya akan membeludak. Bahkan nantinya akan bakal memicu terjadinya konflik dengan manusia. Menurut pemantauan BTGNC, jumah Macan Tutul Jawa berkisar antara 1 hingga 4 ekor saja. Hal itu didasari analisa 23 camera trap atau kamera jebakan yang dipasang di wilayah TNGC. Berbanding terbalik dengan pemangsanya, hewan yang menjadi mangsa justru sangat melimpah. Mulai dari babi hutan, kijang, hingga monyet panjang. Kendati demikian, Direktur Peduli Karnivora Jawa (PKJ), Didik Raharyono memprediksi jumlahnya lebih banyak dari itu. Dari pengamatan yang dilakukannya, diperkirakan mencapai 15 ekor. “Itu termasuk Macan Tutul yang bertutul dan tidak atau orang menyebut Macan Kumbang,†kata Didik, kepada awak media, Minggu (10/10/2021). Diungkapkan dia, prediksi jumlah itu didasari dugaan adanya individu lain yang belum tertangkap camera trap. Misalnya saat pelepasliaran Slamet Ramadhan Macan Tutul Jawa di kawasan Bukit Seribu Bintang, sebelumnya warga setempat mengaku sempat bertemu dengan Macan Kumbang. “Ada beberapa laporan dari petugas, juga warga yang beraktivitas di sekitar area gunung bahwa mereka sering menemukan Macan Tutul,†katanya. Ada Individu Lain Kemudian, penemuan di area lainnya terjadi di wilayah selatan dan timur dari Gunung Ciremai. “Slamet Ramadhan ini cirinya kan khas. Ada kalung di lehernya. Nah dari kesaksian mahasiswa yang melakukan penelitian, mereka melihat macan yang tidak ada kalungnya. Berarti itu individu lain,†tuturnya. Didik memerkirakan, dengan luas area gunung kerucut seperti Ciremai yang diperkirakan mencapai 15 ribu hektare, area ini cukup idel ditempati sekitar 15 individu dari Macan Tutul yang menjadi predator puncak. “Ada juga warga yang melihat satu indukan dengan dua anaknya. Jadi saya cukup optimis, prediksi saya jumlahnya ada 10 atau 15 ekor di sana. Itu Macan Tutul dan Kumbang ya,†katanya. Menurut dia, Macan Tutul memiliki daya jelajah antara 10 hingga 15 kilometer. Kemudian mereka cenderung menjadi penguasa di wilayahnya masing-masing. Didik yang juga tengah melanjutkan penelitian Harimau Jawa di Bukit Pembarisan, Kabupaten Kuningan mengungkapkan, hewan seperti Macan Tutul juga kerap melakukan eksplorasi wilayah. Dia memberi contoh kasus pada Macan Tutul Jawa Slamet Ramadhan. Saat dia dilepas di Bukit Seribu Bintang, kemungkinan besar ada individu lain di sekitar itu, sehingga akhirnya pindah. “Mungkin bisa jadi kalah, jadi mencari area lain,†tuturnya. Kemudian, Slamet Ramadhan sempat terpantau pindah ke area timur dan selatan. Di wilayah itu, juga diduga ada individu lain berdasar kesaksian warga yang mengaku pernah melihat. “Untuk ukuran Macan Tutul Jawa, Slamet Ramadhan ini sedang masuk fase dewasa. Ketika dilepas liar itu, dia sudah sapih. Mungkin usianya 4 tahunan sekarang,†katanya. Tidak hanya itu, Slamet Ramadhan juga diperkirakan sudah mulai memasuki fase mencari pasangan. Karenanya, dia sangat berharap individu ini dapat berkembang biak dengan baik. Dengan demikian, ekosistem di Gunung Ciremai dapat terjaga dengan baik. Dengan adanya predator di puncak rantai makanan. (bbs/rc/kbe)
Diperkirakan Jumlahnya Kurang dari 15 Ekor, Kini Macan Tutul Jadi Penguasa Gunung Ciremai
Minggu 10-10-2021,08:00 WIB
Editor : redaksimetro01
Kategori :