Dewan Pendidikan Ingatkan Kepsek Tak Lakukan Pungli

Selasa 28-06-2022,05:30 WIB
Editor : redaksimetro01

***Dalam Bentuk Iuran atau Sumbangan KARAWANG - Jelang berakhirnya masa penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMP/MTs dan tahap II jenjang SMA/SMK, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Karawang, Yan Zurwansyah mewanti-wanti Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) agar menghindari praktik pungutan liar (pungli), baik dalam bentuk iuran maupun sumbangan. "Jangan cari gara-gara dengan sumbangan orang tua murid. Saya titip hati-hati, jangan cari masalah. Memang tidak dicari, tapi karena kecerobohan bisa terjadi," ujar Yan Zurwansyah, Senin (27/6). Kejadian operasi tangkap tangan (OTT) di SMKN 5 Bandung oleh Saber Pungli Jawa Barat terkait dugaan pungli saat masa PPDB, menurut Yan Zurwansyah harus dijadikan pelajaran agar hal tersebut tak terjadi di Kabupaten Karawang. "Iuran uang bangunan yang selama ini lumrah terjadi sebetulnya bermakna sumbangan. Tidak perlu ada paksaan nominal sumbangan yang bersifat kaku dan membebani orang tua murid. Seandainya mengenai sumbangan tersebut telah disepakati, para kepala sekolah untuk tidak membuat batas waktu untuk memenuhi iuran," ucapnya. "Terakhir, sumbangan jangan diberi sanksi, misalnya yang belum memenuhi sumbangan tidak diberi kartu ujian, rapor ditahan, tidak boleh begitu," sambungnya. Terkait pengaduan PPDB, Yan Zurwansyah menjelaskan, sebagai wadah untuk menerima aduan, masukan dan kritik yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan dari masyarakat Karawang, pihaknya kesulitan untuk mengetahui keluhan peserta PPDB SMA/SMK 2022. "Dapat rekomendasi penugasan tanggal 23 Juni dari provinsi, sementara PPDB SMA/SMK sudah mulai jauh-jauh hari, jadi kita agak kesulitan melaksanakan tugas penerimaan pengaduan. Dewan Pendidikan, tak sempat melakukan sosialisasi tentang adanya posko pengaduan untuk peserta PPDB SMA/SMK," jelasnya. "Tapi kalau untuk SMP, kita sudah sosialisasi dari awal. Nomor posko aduan ada di pendaftaran PPDB. SMA kita mau sosialisasi dari mana, link pendaftaran dari provinsi, mudah-mudahan tidak ada persoalan krusial," tambahnya. Sejauh ini, ungkap Yan Zurwansyah, laporan yang diterima oleh posko pengaduan PPDB di Karawang berupa masalah teknis seperti tidak bisa mengakses, kemudian kesalahan nomor verifikasi yang diterima calon peserta didik dari laman resmi PPDB jenjang SMP/MTs. "Ada yang pernah mengadukan kekhawatiran terkait lokasi tempat tinggalnya yang berbatasan dengan desa lain, khawatir tidak diterima di sekolah tempat tinggalnya. Saya bilang, coba daftar dulu, jika ada masalah, akan kami bantu, tapi alhamdulilah, sepertinya masalah sudah selesai, tidak mengontak posko aduan lagi," tutur Yan Zurwansyah. Ia berharap, agar masyakarat juga tidak memandang sekolah berstatus negeri dan menjadi favorit di masyarakat dengan cara berlebihan. "Banyak sekolah swasta yang lebih hebat. Ya memang bayarannya lebih, tapi saya lihat beberapa SMP sederajat kualitasnya di atas negeri," ucapnya. Terlebih, seluruh peserta PPDB tahun 2022 di Karawang tidak bisa semua ditampung oleh sekolah negeri. Dengan sistem zonasi, masyakarat seharusnya tidak perlu lagi memikirkan sekolah favorit. "Dengan zonasi diharapkan tidak ada lagi kecenderungan sekolah favorit, ya kalau mau menyalahkan, sekolah favorit itu salahnya pemerintah juga," ujarnya. Ia menilai, pemerintahan di masa-masa sebelumnya seolah-olah mengkondisikan suatu sekolah menjadi sekolah favorit karena lebih banyak menerima bantuan. Dampaknya sekolah lain tidak mendapatkan peserta didik baru. "Lagi pula kalau dipikir-pikir gurunya kan sama, SMA sekian dengan SMA sekian di kampung, itu kan asalnya sama kok, dari UPI atau UNJ, atau dari mana misalnya. Kalau kualitas guru, saya rasa relatif sama," nilainya. Stigma sekolah favorit, menurut Yan Zurwansyah, melahirkan sesuatu sebagai "jalur siluman". Jalur yang menghalalkan segala cara untuk membeli kursi karena citra sekolah di masyakarat. "Nah ini yang memberatkan soal PPDB, incaran sekolah favoritnya yang berlebihan. Itu tadi sih ya, mungkin ada kesalahan masa lalu yang mengistimewakan beberapa sekolah. Terciptalah sekolah favorit, kalau udah ngebet kan segala cara, yang siluman, yang anulah biar bisa diterima. Padahal sekarang ini apa yang difavoritkan. Gurunya sama-sama saja," katanya. (cr1/ayi)

Tags :
Kategori :

Terkait