STEAK tentunya menjadi salah satu menu makanan yang sudah tidak asing di kalangan masyarakat Indonesia. Menurut sejarah, steak mulai diperkenalkan di abad ke-15. Steak awalnya diambil dari Bahasa Skandinavia, yaitu steik. Dilansir dari The Oxford English Dictionary, steak memiliki arti irisan daging tebal yang dipanggang. Di Indonesia sendiri, mulanya steak diperkenalkan oleh Belanda saat masa penjajahan. Seiring dengan perkembangan zaman, steak disajikan dengan berbagai macam pilihan saus, seperti barbeque, saus mushroom, saus lada hitam, saus keju, dan lain sebagainya. Steak juga disajikan dengan olahan kentang seperti french fries atau mashed potato dan sayuran rebus seperti jagung, wortel, buncis, hingga brokoli. Daging steak biasanya dibagi menjadi lima sesuai dengan tingkat kematangannya yang dapat dipilih sesuai dengan selera dan preferensi Anda. Rare yaitu saat suhu bagian dalam daging sekitar 48–50°C dan 80% daging masih berwarna merah. Medium rare yaitu saat suhu bagian dalam daging sekitar 55–60°C dan 60% daging masih berwarna merah. Medium yaitu saat suhu bagian dalam daging sekitar 60–65°C dan 40% daging berwarna pink. Medium well yaitu saat suhu bagian dalam daging sekitar 65–69°C dan 20% daging berwarna agak pink. Well done yaitu saat suhu bagian dalam daging sekitar 70–90°C dengan tingkat kematangan sempurna. Sirloin, tenderloin, rib eye, T-bone, dan wagyu adalah contoh steak yang biasa ditemui di restoran steak. Wagyu sendiri adalah jenis steak dengan daging kualitas premium yang didapatkan dari ras sapi Jepang dan sudah banyak diternakkan di negara-negara lain karena keistimewaannya. Daging wagyu mengandung kalori yang cenderung lebih rendah. Daging ini memiliki kecenderungan genetik berupa pemarmeran (marbling) yang disebabkan oleh kandungan asam lemak omega-3 dan omega-6 yang lebih tinggi dibandingkan jenis daging sapi lainnya. Omega-3 memiliki peranan sebagai anti inflamasi, mencegah penyakit berbahaya, seperti kardiovaskuler, kanker, dan juga menjaga kesehatan indra penglihatan. Omega-6 berfungsi dalam meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL), menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL),  serta perkembangan fungsi sel-sel dan saraf otak. Daging wagyu juga kaya akan kandungan mineral, seperti zat besi yang memegang peranan penting dalam pembentukan sel darah merah dan juga natrium yang dapat memelihara keseimbangan cairan tubuh. Namun pernahkan Anda merasa heran karena perbedaan harga yang sangat jauh antara wagyu yang dijual di pasaran? Tak jarang ada restoran yang menjual steak wagyu, salah satu steak termahal, hanya dengan kisaran harga 70 ribuan. Padahal, harga sepotong wagyu sendiri bisa mencapai 200 ribu. Apakah itu daging wagyu palsu? Apakah selama ini ada restoran yang berbohong soal kualitas daging wagyu yang dijualnya? Untuk menjawab persoalan tersebut, diperkenalkanlah daging meltique. Meltique adalah proses yang dilakukan untuk merubah daging sapi menjadi marbling dengan cara menyuntikkan lemak nabati ke dalam daging. Tujuannya yaitu untuk merubah tekstur lemak pada daging. Teknik pique yang berasal dari Prancis menjadi dasar dari proses meltique ini. Daging sapi kualitas reguler yang disuntikkan lemak dapat menyerupai rasa dan penampilan dari daging wagyu. Lemak yang biasanya dipakai adalah minyak kanola yang diekstrak langsung dari biji bunga kanola. Daging meltique menyajikan daging yang serupa dengan wagyu namun dengan harga yang jauh lebih murah. Secara kandungan nutrisi, daging meltique tidaklah berbahaya karena minyak kanola yang disuntikkan pun memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi tubuh. Minyak kanola sebagian besar mengandung asam lemak tak jenuh dan minyak ini diyakini baik untuk kesehatan jantung. Daging meltique memang dapat dijadikan alternatif bagi yang ingin merasakan kelezatan sensasi daging wagyu dengan harga yang cukup miring. Sayangnya, banyak restoran tidak bertanggung jawab yang seringkali memanfaatkan daging meltique ini dan mengatakannya sebagai daging wagyu. Sebenarnya, secara kasat mata memang tidak ada perbedaan antara penampilan daging meltique dan daging wagyu. Namun, jika diperhatikan dengan teliti, marbling pada daging meltique lebih tidak beraturan dan terlihat artifisial dibandingkan marbling pada daging wagyu asli yang terlihat lebih alami. Bagi orang awam pun mungkin tidak ada perbedaan rasa yang signifikan antara keduanya. Padahal, tekstur daging wagyu jauh lebih juicy dan lezat. Oleh karena itu, konsumen hendaknya dapat cermat dan lebih berhati-hati dalam membeli steak. (*) * Penulis : Locita Azzahra Puteri P Teknologi Pangan, Universitas Padjadjaran
Daging Meltique, Daging yang Dinilai sebagai Wagyu Palsu?
Senin 07-03-2022,03:05 WIB
Oleh: redaksimetro01
Kategori :