Pendidikan Seks, Masih Pantas untuk Dianggap Tabu?

Kamis 20-01-2022,02:30 WIB
Oleh: redaksimetro01

Oleh: Feby Milenia KEMENTERIAN Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengatakan bahwa sekitar 66% anak di Indonesia pernah menyaksikan pornografi di media online. Data tersebut berdasarkan hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) KPPPA. Hal ini bisa jadi karena rasa penasaran mereka terhadap aktivitas seksual dan kurangnya pendidikan seks sejak dini. Dari data tersebut, kita memahami bahwa pendidikan seks sangat penting untuk diajarkan agar keingintahuan anak masih berada di jalan yang baik dan positif. Ketika pendidikan seks masih dianggap tabu untuk dibicarakan, anak-anak justru mencari informasi dari sumber yang tidak bertanggung jawab yang bisa saja menyesatkan mereka. Lalu, apa itu Pendidikan Seks? Pendidikan seks adalah pendidikan tentang anatomi seksual, reproduksi seksual, sexual intercourse, dan aspek lain tentang perilaku seks manusia. Mengapa ini penting untuk diajarkan sejak dini kepada manusia? Karena kita harus menjadi lebih kritis soal seksualitas. Dengan masih banyaknya orang yang menganggap bahwa pendidikan seks adalah hal yang tabu, terutama di Indonesia, informasi kita pun akhirnya menjadi terbatas dan menganggap bahwa pendidikan seks adalah hal yang memalukan untuk dibahas. Masyarakat kita umumnya mendapatkan kesan bahwa pendidikan seks itu sempit pada relasi seksual yang birahi, pada nafsu. Padahal pendidikan seks berbicara tentang hal yang sangat luas, tentang bagaimana kita mengenal tubuh kita, tentang bagaimana kita mengetahui batasan dari diri kita, serta tentang bagaimana kita menghargai orang lain dan batasan mereka. Pendidikan seks juga penting untuk upaya preventif pelecehan seksual dengan mengajarkan anak tentang bagian tubuh mana saja yang boleh disentuh atau tidak. Seharusnya sejak anak mengenal bahwa dirinya laki-laki atau perempuan, pendidikan seks sudah sangat dibutuhkan dan harus diajarkan mengingat usia belia adalah usia emas seorang anak dalam mengingat dan merekam apa yang mereka lihat atau pelajari, yang kemudian tertanam pada diri mereka. Tapi, ketika hal-hal yang berbau seks ditutup-tutupi dan tidak dijelaskan atau masih dianggap tabu, sementara anak memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi, mereka akan cenderung terdorong mencari tahu sendiri dan ditakutkan akan ada salah informasi dari sumber yang mereka cari. Rasa penasaran dan keinginan untuk mencari tahu sendiri tanpa adanya bimbingan akan menjerumuskan anak ke dalam hal yang seharusnya dapat dihindari. Informasi tentang seks di Internet sebenarnya belum tentu dimaksudkan untuk mendidik, bisa saja hanya untuk kesenangan belaka. Hal ini bisa jadi sangat berbahaya ketika kita mendapat informasi tentang seks yang penjelasannya tidak berdasarkan fakta dengan data yang kuat. Misalnya adalah video porno yang sebenarnya tidak dimaksudkan untuk edukasi melainkan kesenangan belaka. Tetapi, apabila kita belajar pendidikan seks dari sumber yang terpercaya, maka hal-hal semacam ini akan sangat mudah kita saring dan hindari. Lantas dimana pendidikan seks bisa didapatkan? Sebagian orang menghabiskan waktunya di dalam institusi pendidikan mulai dari TK, SMP, SMA, hingga bangku perkuliahan, sehingga lembaga pendidikan bisa menjadi sumber atau wadah untuk pendidikan seks dengan kualitas yang komprehensif. Selain itu, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengarahkan dan menjelaskan mana yang baik dan benar, mana yang harus diberi batasan, dan memberi pengertian lain mengenai seksualitas. Kita tidak perlu lagi menganggap pendidikan seks sebagai hal yang tabu dan memalukan. Informasi mengenai pendidikan seks yang valid juga turut membantu permasalahan yang berkaitan dengan seksualitas. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait