Oleh: Muhammad Aulia Rahman MARI kita mengawali tulisan ini dengan kalimat umum, pada era globalisasi ini sudah sangat maju, teknologi-teknologi di bidang media informasi dan hiburan mengalami kemajuan yang terlampau pesat. Pertukaran informasi menjadi semakin mudah dan tak tersaring. Akibatnya, para orang dewasa semakin sibuk dengan gawainya, termasuk juga anak-anaknya. Hal ini sangat disayangkan karena pengawasan orang tua terhadap kegiatan anak-anaknya menjadi lemah sehingga tak jarang orang tua tak mengetahui apa yang anak-anaknya peroleh dari gawainya. Sangat mudah untuk mendiamkan anak-anak yang rewel, berikan saja mereka gawai, dijamin tidak ada suara teriakan atau tangisan yang memekakan telinga. Anak-anak pun menjadi pandai untuk mengakses informasi,permainan dan lain sebagainya melalui gawai mereka, dari informasi yang berguna bagi mereka sampai hal yang seharusnya tidak mereka ketahui sebelum cukup umur, pornografi misalnya. Hal tersebut hanya satu dari beberapa masalah yang sering terjadi, kurangnya respon positif terhadap pertanyaan yang menjurus ke arah seksual menjadikan anak-anak enggan bertanya terkait hal tersebut. Alih-alih mendapat jawaban, justru penolakan yang mereka dapat. Di sini, internet menjadi juru penyelamat bagi anak untuk mengetahui informasi mengenai hal tersebut. Tidak tersaringnya informasi di internet menyebabkan anak dapat menelusuri berbagai informasi yang tidak pantas bagi mereka. Pengaruh teman dan lingkungan juga menjadi penyebab masalah yang serius, tidak jarang kita juga tidak mengetahui apa yang telah lingkungan ajarkan kepada anak kita. Tiga hal tersebut menjadi faktor umum yang menyebabkan anak menerima informasi yang salah mengenai seksual, yang berakibat buruk terhadap anak. Sesuai dengan judul, apakah setiap sekolah perlu mengadakan pendidikan seksual? Saya rasa sangat perlu. Dengan cara menyusun silabus materi untuk diajarkan sesuai dengan tingkat pendidikan dan usia mereka. Materi pendidikan seksual ini harus diajarkan dari anak memasuki bangku Taman Kanak-Kanak hingga duduk di Sekolah Menengah Atas. Ini dilakukan dengan alasan, kebutuhan dan kemampuan anak untuk menerima informasi mengalami peningkatan, sehingga materi pendidikan seksual setiap bangku pendidikan mengalami perbedaan. Hasil yang diharapkan adalah, memberikan informasi yang benar kepada anak dan menghindarkan potensi anak menjadi pelaku dan korban kekerasan seksual di masa yang akan datang. Akhir kata, Orang tua wajib membuka pikiran dan pandangannya tentang seksualitas, dengan menganggapnya suatu fitrah bagi manusia bukan suatu hal yang tabu. Dengan ini kita mampu untuk menjelaskan hal yang terkait seksualitas kepada anak kita dengan cara yang pantas, sesuai dengan usia mereka yang pada akhirnya, diharapkan agar anak mampu belajar dan menyaring informasi yang datang kepada mereka sehingga mereka terhindar dari kesesatan informasi, khusunya informasi terkait seksualitas. (*)
Pendidikan Seks di Sekolah: Perlukah?
Sabtu 23-04-2022,07:30 WIB
Oleh: redaksimetro01
Kategori :