Nah, kolaborasi itulah yang sangat mungkin menjadi celah yang menodai indepedensi hasilnya. Sebab, publik tidak tahu siapa mitra Utting di Indonesia. Dan sebagaimana kita pahami selama ini, tidak ada satu pun lembaga survei Indonesia yang bisa dipercaya independensinya. Dalam arti, sangat mungkin para petugas di lapangan yang melaksanakan permintaan Utting itu melakukan kecurangan dalam wawancara maupun dalam memasukkan (input) data.
Keempat, yang juga dipertanyakan adalah mengapa sampai perlu menghadirkan perusahaan riset Australia untuk membuat peringkat para bacapres yang diunggulkan? Apakah Utting Research datang sendiri tanpa ajakan ataukah atas permintaan dari sesuatu pihak di Indonesia?
BACA JUGA:Kegiatan Agustusan Dimulai, Ambu Anne: Napak Tilas Penghormatan pada Pejuang Purwakarta
Tampaknya lebih logis kalau disebut Utting melakukan survei atas permintaan sesuatu pihak. Mungkinkah pihak pengusung Ganjar yang menyewa Utting? Tidak diketahui pasti. Pihak Prabowo? Rasanya tak mungkin Pak Prabowo membiarkan Utting mengumumkan hasil survei yang merugikan beliau. Atas permintaan pihak Anies? Hampir mustahil.
Selanjutnya, apa kira-kira tujuan survei Utting yang mengunggulkan Ganjar? Ini sangat menarik. Ada beberapa kemungkinan. Kalau mereka hadir atas permintaan pihak pengusung Ganjar, maka tujuannya adalah untuk meyakinkan publik bahwa capres pilihan Bu Mega itu hampir pasti akan menjadi presiden. PDIP dan Bu Mega akan menggunakan hasil survei ini untuk “memaksa” publik menerima keputusan KPU bahwa Ganjar adalah pemenang pilpres.
Selain itu, ada satu tujuan yang tersirat. Yaitu, untuk mencekoki publik bahwa Anies Baswedan tidak akan pernah menang. Ini survei lembaga internasional, kilah mereka.
Bagi saya, independensi Utting Research boleh dipercaya. Yang tak bisa dipercaya adalah mitra mereka di Indonesia.
Bisa saja jawaban responden dikemas oleh pabrik kecurangan terkenal di Indonesia. Karena itu, berhati-hatilah Anda mencerna hasil survei ini.[]
31 Juli 2023
(Wartawan Senior Freeedom News)