BACA JUGA:Taman Padurenan Jadi Tempat Baru Berkumpul Keluarga di Mustikajaya
Dalam cahaya kelam ini, terungkap pula kekhawatiran akan laju pertumbuhan ritual yang berlebihan. Seiring berjalannya waktu, ritual semakin menyebar dan membawa ancaman kemusrikan yang tak dapat diabaikan. Bahkan, dalam penggalan masa lalu, kelompok warga lokal dan pegiat Sanggabuana pernah mengungkapkan kegelisahan mereka dengan membongkar makam-makam dan situs-situs tersebut. Namun, misteri ini tetap tegar berdiri, bahkan dengan bermunculannya kuncen-kuncen baru yang bukan berasal dari wilayah setempat.
Dalam keheningan hutan-hutan ini, suara tuntutan untuk tindakan berdentum semakin keras. Bernhard T Wahyu berharap bahwa tangan pemerintah setempat dapat menegakkan kembali ketertiban, menghentikan praktek ritual yang tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga merongrong keimanan. Sampah yang ditinggalkan, terutama celana dalam, mencoreng kebersihan Pegunungan Sanggabuana, dan potensi penyebaran penyakit tak terhitung nilainya.
Dengan hati yang penuh kepedulian, ia mengajak agar pemerintah segera bertindak, sebelum ritual ini menemukan tempat abadi dalam kehidupan gunung dan meretas keyakinan baru yang merugikan. Dalam kata-katanya yang penuh harap, ia menggarisbawahi pentingnya menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan lingkungan, agar keindahan gunung ini tidak hanya bertahan dalam mitos, tetapi juga dalam kehidupan nyata.