Namun, bayangan ketidakpastian pun terbangun. Di balik tirai keyakinan yang mempesona, ada kekhawatiran akan meluasnya praktik ritual yang merugikan. Seiring berlalunya waktu, ritual ini menyebar dan membawa ancaman terhadap kelestarian. Bahkan, dalam cerita masa lalu yang menyakitkan, kelompok warga setempat dan aktivis Sanggabuana pernah membongkar makam dan tempat-tempat suci ini. Namun, seperti mitos yang tak tergoyahkan, misteri ini terus tegar berdiri, bahkan dengan munculnya para penganut baru yang tak berasal dari wilayah tersebut.
BACA JUGA:Taman Padurenan Jadi Tempat Baru Berkumpul Keluarga di Mustikajaya
Di dalam hening hutan yang megah, suara panggilan untuk tindakan menjadi semakin menggelegar. Saman berharap bahwa pemerintah lokal akan segera mengambil tindakan, mengakhiri praktik ritual yang tak hanya merusak lingkungan tetapi juga menghancurkan nilai-nilai kepercayaan. Sampah yang tertinggal, terutama celana dalam, mencemari keindahan Pegunungan Sanggabuana, dan potensi penyebaran penyakit menjadi ancaman yang tak boleh diabaikan.
Dengan keprihatinan yang tulus, ia mendesak agar pemerintah segera bertindak, sebelum ritual ini menemukan pijakan yang tak tergoyahkan dalam hidup gunung dan menciptakan keyakinan baru yang merugikan. Dalam kata-kata yang penuh harapan, ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan lingkungan, sehingga keindahan gunung ini dapat terus melegenda, bukan hanya dalam cerita, tetapi juga dalam kenyataan hidup.