Belakangan telah ramai dibicarakan oleh masyrakat mengenai berita bahwa Indonesia ada di peringkat keempat konten porno anak terbanyak di dunia.
Dikutip dari instagram @folkative, berdasarkan data National center for missing exploited children (NCMEC), selama empat tahun terakhir terdapat 5,566.015 juta kasus pornografi di Indonesia. Itu sebabnya Indonesia menduduki peringkat keempat negara terbanyak konten porno di dunia. Sontak hal ini mendapat respon dari semua orang. Sebanyak 7.600 lebih komentar dalam akun Instagram tersebut yang ikut geram mengetahuinya. Namun, tahukah kamu apa faktor penyebab hal ini dapat terjadi? Yuk simak pembahasannya di bawah ini. Anak-anak terlibat dalam perilaku yang berkaitan dengan konten porno bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk:- Kurangnya Pendidikan Seks yang Sehat: Ketika anak-anak tidak mendapatkan pendidikan seks yang sehat dan mendetail, mereka mungkin mencari informasi tentang seksualitas dari sumber yang tidak pantas, seperti konten porno.
- Kurangnya Pengawasan dan Perhatian Orang Tua: Anak-anak yang kurang diawasi oleh orang tua atau wali mereka mungkin lebih cenderung untuk mengeksplorasi internet tanpa pengawasan, termasuk mencari dan menonton konten porno.
- Teknologi yang Mudah Diakses: Perangkat seperti ponsel cerdas, tablet, dan komputer membuat akses ke konten porno menjadi lebih mudah bagi anak-anak. Tanpa pengaturan kontrol parental yang tepat, anak-anak bisa dengan mudah menemukan dan menonton konten tersebut.
- Pengaruh Teman Sebaya: Anak-anak dapat dipengaruhi oleh teman sebayanya yang mungkin sudah terlibat dalam menonton atau berbagi konten porno. Tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hal yang sama juga bisa menjadi faktor.
- Kurangnya Kesadaran akan Dampak Negatif: Anak-anak mungkin tidak sepenuhnya menyadari dampak negatif dari menonton konten porno, seperti memengaruhi pandangan mereka tentang seksualitas, hubungan, dan citra tubuh.
- Kurangnya Penghargaan terhadap Privasi dan Batasan: Anak-anak mungkin tidak memahami pentingnya privasi dan batasan dalam penggunaan internet. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa aktivitas online mereka bisa dipantau atau diketahui oleh orang lain.
- Pengaruh Media dan Budaya yang Merangsang: Media dan budaya populer sering kali menampilkan gambar-gambar seksual yang merangsang. Anak-anak yang terpapar pada konten semacam itu mungkin lebih tertarik untuk mengeksplorasi konten porno secara online.