Sudah 4 yang Meninggal, Kasus Demam Berdarah di Kabupaten Bekasi Terus Meningkat

Kamis 25-04-2024,12:36 WIB
Reporter : Risky Pangestu
Editor : Suhlan Pribadi

KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID- Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai marak pada awal tahun 2024 ini. Angka kasus kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bekasi, terus bertambah. Terbaru, sudah ada empat orang meninggal akibat virus yang ditularkan nyamuk jenis Aedes Aegypti.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bekasi, mencatat perkembangan jumlah kasus penyakit DBD dari Januari hingga April 2024 terus mengalami kenaikan mencapai 412 kasus. Kendati begitu, akibat penyakit gigitan nyamuk Aedes aegypti itu empat orang dikabarkan meninggal dunia. 

Diketahui, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali marak terjadi penyebabnya akibat perubahan iklim  Oleh karenanya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bekasi mengimbau kepada masyarakat untuk memperhatikan kebersihan rumah guna mengantisipasi penyebaran kasus DBD.

BACA JUGA:Negara Paling Bersih di Dunia, Sangat Nyaman Sekali dan Tanpa Polusi!

"Kasus di 2024 ada 412, memasuki April empat kematian. Kalau tahun lalu hanya satu kasus kematian dengan total kasus 726," ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bekasi Alamsyah kepada Cikarang Ekspress pada Kamis (25/04).

Alamsyah, menuturkan angka kematian akibat DBD pada tahun ini sudah melebihi dibandingkan tahun 2023 lalu. Menurutnya, penderita DBD didominasi oleh kelompok usia anak-anak sekolah dan pekerja produktif. Sedangkan angka kematian terbanyak dari kelompok usia sekolah. "Sementara kematian terbanyak pada usia anak sekolah 5-14 tahun," ucap dia.

Meskipun demikian, adanya peningkatan risiko penularan DBD sejak awal 2024, Alamsyah bilang, karena adanya dan dipengaruhi oleh fenomena El Nino di 2023 terlebih perubahan iklim menuju fenomena La Nina yang diperkirakan muncul September tahun ini.

BACA JUGA:Surabi Jadi Makanan Favorit Masyarakat Karawang, Inilah Resep Masak Bikin Surabi Hijau

"Oleh sebab itu perlu diperhatikan pada kebersihan rumah dengan kesadaran di setiap tempat tinggal. Dengan kondisi ini diprediksi kasus ini masih terjadi sampai pancaroba selesai di pertengahan 2024," kata dia.

Untuk mencegah penyebaran kasus DBD, pemerintah mengalakkan Gerakan Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik (Jumantik) atau G1R1J. Gerakan ini melibatkan anggota keluarga di rumah untuk mengawasi jentik dan menggunakan media sosial guna melaporkan secara berkala.

Di samping itu, pemerintah juga melakukan berbagai upaya preventif, seperti bimtek, monitoring evaluasi secara online dan offline, webinar DBD, pembuatan surat pemberitahuan terkait kewaspadaan DBD, dan alokasi logistik DBD ke seluruh wilayah kecamatan.

BACA JUGA:3 Tempat Nongkrong Gratis di Karawang Paling Terkenal, Cocok Dikunjungi saat Sore Hari untuk Bersantai

"Kami berharap adanya peran serta dan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga dalam pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk untuk pengendalian penyakit tular vektor (infeksi dengue, chikungunya) melalui pembudayaan,"  tuturnya.

Selain itu, berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mencegah penularan DBD. Antara lain, bimtek dan monitoring evaluasi secara online dan offline pihak puskesmas, pemerintah desa, bersama kader.

Kategori :