BERDASAR data Globocan pada 2018, di Indonesia kanker serviks â€duduk santai†di kursi pembunuh terbanyak ketiga. Yakni, 18.279 kematian. Menyedihkan sekali jika mendengar fakta tersebut. Padahal, menurut Dr dr Brahmana Askandar SpOG (K), kanker serviks termasuk jenis kanker yang bisa dicegah. Mengapa demikian? Dia menyebutkan, alasan pertama adalah perubahan serviks normal menjadi kanker berlangsung dalam waktu yang lama. Yakni, sekitar 10 tahun. Brahmana melanjutkan, perubahan serviks normal menjadi kanker serviks bertahap. Kemudian, melewati tahap prakanker yang bisa dideteksi melalui Pap smear secara rutin. Penyebab kanker serviks adalah infeksi virus HPV risiko tinggi. â€Terutama HPV 16 dan 18,†kata dokter yang juga menjadi ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Surabaya itu. Brahmana menjelaskan, ada 14 tipe yang termasuk HPV risiko tinggi dengan 70 persennya adalah HPV 16 dan 18. Namun, yang perlu dicatat bukan berarti kalau perempuan terinfeksi HPV risiko tinggi, lalu pasti jadi kanker serviks. Dia menyebutkan, sebagian besar infeksi HPV risiko tinggi akan tereliminasi dengan imunitas tubuh seseorang. Hanya 10 persen dari perempuan yang terinfeksi bakal berisiko menjadi kanker serviks. Lantas, kapan seorang perempuan mulai wajib Pap smear? Brahmana mengungkapkan, perempuan wajib Pap smear tiga tahun setelah berhubungan seks atau menikah. Misalnya, menikah pada usia 25 tahun. Nah, usia 28 tahun sudah memiliki kewajiban Pap smear. Pap smear dilakukan tiap 1–3 tahun hingga usia 65 tahun. Untuk membangun benteng sebagai barier pertempuran tubuh terhadap virus HPV, pemerintah memberikan vaksin HPV. Di Kota Pahlawan misalnya. Pemerintah Kota Surabaya mencanangkan vaksinasi HPV dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Vaksin HPV menjadi perlindungan primer seseorang dari serangan HPV. Vaksin HPV baik diberikan saat anak usia 9–15 tahun karena imunitas pada usia itu baik. Kemudian, pada usia tersebut hanya perlu dua kali suntik. Berbeda halnya dengan seseorang yang divaksin pada usia 15 tahun ke atas. Maka, dosis vaksinnya disuntikkan hingga tiga kali. Brahmana mengimbau, setelah vaksin HPV, seseorang tetap perlu rutin melakukan Pap smear. Hal itu disebabkan vaksin HPV tidak membuat risiko menjadi nol, tapi hanya menurunkan risiko kanker serviks. Masih ada virus HPV penyebab kanker serviks yang tidak ter-cover vaksin. MENJAGA KESEHATAN SERVIKS Ladies or Mom, kondisi serviks yang sehat sangat penting. Karena itu, serviks harus dijaga. Dengan cara apa? 1. Pakai sabun supaya aroma vagina wangi. Sering begitu? Stop dari sekarang ya. Sebab, penggunaan sabun jenis tersebut dapat mengganggu keseimbangan pH dan bakteri baik di vagina serta menimbulkan iritasi lho. Duh, semakin seram aja! 2. Ganti celana dalam. Yuk, Ladies-Mom jangan malas ganti celana dalam. Celana dalam yang kurang bersih akan menjadi sarang bakteri. 3. Pakai tisu atau handuk. Keringkan vagina memakai tisu dari depan ke belakang. Hal itu berfungsi untuk mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina. Kalau menggunakan handuk, rutin ganti handuk yes. 4. Selain celana dalam, pembalut juga penting. Ganti pembalut jika sudah kotor. Jangan terus dipakai. 5. Tetap olahraga serta jaga asupan nutrisi. TIGA JENIS VAKSIN HPV 1. Bivalent (Cervarix): melawan HPV tipe 16, 18 2. Quadrivalent (Gardasil): melawan HPV tipe 6, 11, 16, 18 3. 9-valent vaccine (Gardasil 9): melawan HPV tipe 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, 58 Tipe HPV HPV risiko tinggi: HPV 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68 HPV risiko rendah: HPV 6, 11, 40, 42, 43, 44, 53, 54, 61, 72, 73, 81 Beberapa Gejala Kanker Serviks
- Pendarahan setelah hubungan seksual
- Pendarahan hebat dan lama di luar siklus haid
- Pendarahan pascamenopause
- Keputihan hebat dan berbau
- Nyeri panggul, perut, dan punggung yang dapat menjalar sampai kaki
- Gangguan buang air kecil atau besar (keluar darah atau kesulitan) .(bbs/rc/kbe)