BEKASI - Bisnis properti di Bekasi dinilai tetap 'seksi' kendati Ibu Kota Negara (IKN) pindah dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur. Tak hanya Bekasi, wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang pun sama-sama menjanjikan. “Meski ibu kota pindah ke Kalimantan, properti di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) masih prospektif, karena Jakarta dan sekitarnya masih menjadi pusat ekonomi dan IKN investasi jangka Panjang,†kata Head of Research, JLL Indonesia, Yunus Karim, belum lama ini. Menurut Yunus, undang undang tentang IKN baru disahkan oleh DPR dan prospek propertinya jangka panjang. Rencananya, pemindahan baru terlaksana pada 2024 dan saat itu belum semua bergerak. Sedangkan Jabodetabek sudah menjadi pusat komersial sehingga wilayah ini, meski bukan menjadi ibu kota, pasar properti masih tinggi. “Jabodetabek masih kuat dan potensi pasar, IKN juga investasi bagus, tetapi untuk jangka panjang,†kata dia. Sementara itu, Head of Advisory, JLL Indonesia Vivin Harsanto mengatakan, prospek pasar properti di IKN tetap ada, namun seberapa cepat pemerintah melakukan pemindahan ibukota dari Jakarta ke Nusantara di Kalimantan. “Tentu paling utama yang harus diawali adalah fasilitas gedung perkantoran untuk pemerintahan, kemudian fasilitas pelengkap lainnya seperti residensial untuk keluarga dan juga fasilitas komersial,†kata Vivin. Untuk Jakarta, ujar Vivin, tetap bakal menjadi kota bisnis dan juga pusat keuangan, karena pasar properti di Jakarta dan sekitarnya masih pasar masih menjanjikan, termasuk juga hunian,†kata dia. Sementara itu, Country Manager Rumah. com Marine Novita menilai, pemindahan IKN dari DKI Jakarta ke Kaltim tidak membuat pasar properti di wilayah Jabodetabek menurun. Apalagi pemindahan ibu kota akan dilakukan secara bertahap, dimana untuk tahap awal akan fokus pada sektor pemerintahan sehingga dampak terhadap bisnis properti di Jabodetabek tidak akan terjadi seketika. “Bisnis properti di wilayah Jabodetabek tetap akan memiliki potensi yang besar karena fungsinya sebagai pusat bisnis dan komersial. Hal ini menjadikan wilayah Jabodetabek sebagai lokasi tujuan investasi dan industri karena dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana infrastruktur yang sudah matang. Sehingga kebutuhan properti residensial di Jabodetabek masih sangat tinggi,†kata Marine. Pemindahan IKN dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur seiring dengan pengesahan Rancangan Undang-undang (RUU) Ibu Kota Negara (IKN) menjadi UU IKN beberapa waktu lalu. Sesuai UU IKN tersebut pemindahan status ibu kota negara dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur (Kaltim) akan dilakukan pada semester I-2024. Marine menjelaskan, masih tingginya kebutuhan properti residensial di wilayah Jabodetabek terlihat dari data_Rumah.com Indonesia Property Market Index Q4 2021 yang mana kenaikan harga tertinggi masih terjadi di tiga provinsi yang masuk area Jabodetabek, yakni Banten (3,07%), Jawa Barat (2,30%), dan DKI Jakarta (1,81%). Di Provinsi Banten, kata dia, Kota Tangerang mencatat pertumbuhan harga tahunan paling signifikan, yakni 17,04%, diiringi dengan kenaikan suplai tahunan sebesar 39,93%. Namun tren pencarian di wilayah ini turun drastis, yakni sebesar 11,02% secara kuartalan. Selain itu, Kota Tangerang tampaknya menjadi sasaran kalangan menengah yang menargetkan hunian di kisaran harga Rp 300-750 juta. Di Provinsi Jawa Barat, lanjut Marine, Kota Bogor menjadi wilayah yang semakin menarik di mata konsumen. Di saat kota lain mengalami penurunan tren pencarian, area ini justru mengalami kenaikan pertumbuhan di atas 20% secara kuartalan. “Situasi tersebut mungkin dipengaruhi oleh harga yang cenderung stagnan selama dua kuartal berturut-turut sehingga dinilai lebih menguntungkan untuk dibeli segera, terutama jika berniat investasi. Suplai hunian di Kota Bogor juga terus meningkat agar dapat mengikuti permintaan pasar yang semakin tinggi,†paparnya. Sedangkan di Provinsi DKI Jakarta, wilayah Jakarta Barat menjadi satu-satunya yang mengalami penyusutan harga properti. Kondisi tersebut terlihat kontras dengan kuartal sebelumnya, ketika Jakarta Barat mengalami kenaikan harga terbesar secara kuartalan. Meski demikian, peluang untuk kembali bertumbuh masih tetap ada. “Penurunan harga kelihatannya lebih dipengaruhi oleh peningkatan suplai property yang begitu besar. Kenaikan suplai mencapai 11,81% jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Walaupun tren pencarian properti di area ini turun 4,53% secara kuartalan, proporsinya masih meliputi 10% dari total pencarian yang dilakukan di situs Rumah.com,†jelas dia. Marine menyimpulkan, menurut data RIPMI Q4 2021, peningkatan harga properti terjadi di rumah tapak dan apartemen sehingga pengembang optimistis menambah suplai properti. Sementara tren peningkatan harga rumah tapak menunjukkan normalisasi. Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan yang melambat jika dibandingkan kuartal sebelumnya. Kota Tangerang, Kota Bogor, dan Jakarta Barat menjadi wilayah yang terlihat prospektif pada kuartal tersebut. Kota Tangerang mencatat pertumbuhan harga tertinggi dimana terjadi kenaikan 17,04% per tahun. Dengan pencarian harga properti masih berada pada kisaran Rp 300-750 juta. Sementara itu, Kota Bogor menjadi lokasi yang semakin menarik, terutama bagi kalangan atas. Sedangkan Jakarta Barat juga punya peluang karena tengah mengalami penurunan harga. “Industri properti di Jabodetabek masih akan tetap prospektif meskipun IKN akan dipindahkan ke Kalimantan Timur. Properti residensial di Jabodetabek tetap menjadi kawasan hunian idaman yang bisa dibeli di tahun 2022 ini dimana secara umum situasinya adalah ‘buyer’s market’, karena didukung berbagai stimulus dari pemerintah. Konsumen yang telah siap secara finansial didorong untuk mengambil keputusan pembelian secepatnya,†katanya. (*)
Bisnis Properti Bekasi Tetap "Seksi", Tak Terpengaruh Kepindahan IKN
Senin 07-02-2022,06:32 WIB
Editor : redaksimetro01
Kategori :