Ketimpangan Sekolah di Jawa Barat: Ketika Anak-anak Pedesaan Tertinggal oleh Beton dan Gedung Kota

Ketimpangan Sekolah di Jawa Barat: Ketika Anak-anak Pedesaan Tertinggal oleh Beton dan Gedung Kota

Sebuah perbedaan fasilitas sekolah di jawa barat--

Kota Bekasi, Disway.id - balik geliat pendidikan yang terus digembar-gemborkan pemerintah, masih ada wajah lain yang tak terjamah sorotan: ketimpangan distribusi sekolah dan buruknya infrastruktur pendidikan di daerah pelosok Jawa Barat. Sementara sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung, Bekasi, dan Bogor berdiri megah dengan fasilitas modern, ribuan siswa di pedesaan harus belajar dalam ruang kelas reyot, tanpa perpustakaan, laboratorium, bahkan listrik yang stabil.

 

Sejumlah desa di Garut Selatan, Tasikmalaya, hingga Sukabumi masih belum memiliki sekolah menengah pertama yang layak. Anak-anak harus berjalan kaki hingga 7 kilometer hanya untuk mengejar pelajaran, bahkan tak sedikit yang putus sekolah karena akses terlalu berat dan mahal. Ironisnya, sementara di kota, pemerintah berlomba-lomba membangun gedung baru, di desa, papan tulis retak dan kursi lapuk masih jadi teman belajar sehari-hari.

 

Kondisi ini bukan sekadar potret ketimpangan, tapi luka dalam dunia pendidikan. "Kami punya mimpi, tapi sekolah kami bahkan tak punya WC," ujar seorang siswa di Desa Cikelet, Garut.

 

Padahal, pendidikan semestinya menjadi alat pemutus rantai kemiskinan, bukan malah memperpanjangnya. Pemerintah Provinsi Jawa Barat didesak untuk tidak hanya fokus pada kota besar. Rencana pembangunan harus menyentuh desa-desa yang selama ini nyaris tak terdengar.

 

Jika distribusi sekolah dan kualitas infrastruktur tak segera dibenahi, maka jargon "Pendidikan Merata untuk Semua" hanya akan jadi ilusi manis di atas kertas — sementara realitasnya, anak-anak desa terus tertinggal, dalam senyap dan diam.***

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: