Kembang-Kempis Mi Ayam Waris
KARAWANG - Siapa yang tidak suka mi ayam? rasa-rasanya hanya sedikit orang yang tidak menyukai makanan yang sudah akrab dilidah orang Indonesia ini. Sejak kecil, kita sudah dikenali oleh orang tua dengan mi ayam. Waris (52) warga desa Purwasari kecamatan Purwasari, seorang pedagang mi ayam yang tiap harinya mangkal di pos ronda kampung pegadungan Desa Purwasari, sudah 30 tahun menjadi penjual mi ayam. Yang awalnya ia berdagang untuk bosnya, kini bekerja untuk dirinya sendiri. Tahun 90-an, ia mengelilingi desa ke desa di Purwasari, ia ingat betul menjual mie ayam dengan harga seporsi hanya 500 rupiah. Tiap hari dagangannya laris manis. Ia ingat pada saat itu, sebelum keluar ruma hpun sudah banyak yang mengantre di rumah ia untuk membeli dagangannya. "Dulu saya jualan keluar dari rumah jam setengah tujuh, jam setengah sembilan udah mangkal di SD. Dijalan menuju SD saya sudah habis 30 sampai 40 porsi, rasanya tiap hari tuh lancar terus," kata Waris. "Seminim-minim dahulu saya jualan bisa habis dua ratus porsi, sekarang paling minim empat puluh porsi," kata Waris. Selepas ia berdagang pada sore hari, malamnya ia lanjut ke pasar Cikampek untuk memenuhi bahan dagangannya. Waris membeberkan dirinya pada saat itu mampu membuat mie sebanyak 10 sampai 15 kilo dengan bahan per satu kilo adonan dapat membuat sekitar 24 porsi namun kini per kilonya nya hanya 18 porsi yang mampu ia buat. "Sekarang paling untuk ngebuat bahan mie, cuman hanya 3 kilo. Per kilonya itu jadi 18 porsi," kata Waris. Kini, hasil ia berjualan hanya mampu untuk memutarbalikan modal usaha dan kebutuhan hidup ia dan keluarganya sehari hari saja. "Buat biaya istri, anak, atau cucu. Sekarang mah keuntungannya cuman buat muter usaha lagi, buat beli ini itu juga pikir-pikir dulu," tukas dia. (red/kbe)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: