Sungguh Biadab! 328 Korban Tewas Belum Cukup, Militar Myanmar Ancam Tembak Kepala

Sungguh Biadab! 328 Korban Tewas Belum Cukup, Militar Myanmar Ancam Tembak Kepala

ONLINEMETRO.ID - Junta militer yang saat ini berkuasa di Myanmar terus menebar ancaman terhadap warga sipil yang bersiap untuk demonstrasi besar-besaran menentang peringatan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar pada Sabtu (27/3/2021).

Aparat keamanan mengancam akan menembak pengunjuk rasa di kepala dan punggung.

Sejak kudeta militer terhadap pimpinan sipil bulan lalu, setiap hari warga Myanmar turun ke jalan. Hingga Jumat malam, kelompok aktivis Asosiasi Pembantu Tahanan Politik (AAPP) menghitung, sedikitnya 328 pengunjuk rasa tewas saat dibubarkan paksa oleh polisi.

Data juga menunjukkan bahwa sekitar seperempat dari mereka tewas akibat tembakan di kepala. Menimbulkan kecurigaan bahwa mereka menjadi sasaran pembunuhan. Pada saat yang sama, siaran televisi militer menyangkan peringatan pemerintah untuk berhenti turun ke jalan.

"Anda harus belajar dari tragedi kematian yang buruk sebelumnya bahwa Anda dapat terancam ditembak di kepala dan punggung," kata seorang pejabat militer, dilansir dari The Guardian.

Pernyataan tersebut muncul jelang peringatan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar. Peringatan itu tidak secara spesifik mengatakan bahwa pasukan keamanan telah diberi perintah menembak dan membunuh.

Tapi itu menunjukkan tekat militer untuk mencegah gangguan apa pun di sekitar Hari Angkatan Bersenjata, memperingati dimulainya perlawanan terhadap pendudukan Jepang pada tahun 1945 yang dipimpin oleh ayah Aung San Suu Kyi, pendiri militer.

Aung San, yang dianggap sebagai bapak bangsa, dibunuh pada tahun 1947. Ketika partai Nasional Demokrasi yang dipimpin San Suu Kyi berkuasa beberapa tahun terkahir, malah dikudeta oleh pimpinan militer Min Aung Hlang.

Min Aung Hlang mengatakan, tentara harus merebut kekuasaan karena tindakan melanggar hukum oleh Aung San Suu Kyi. Partai sipil dituding melakukan kecurangan dalam Pemilu dan melakukan korupsi. San Suu Kyi saat ini masih ditahan di tempat yang dirahasiakan.

"Hari ini adalah hari yang memalukan bagi angkatan bersenjata," kata Dr Sasa, juru bicara CRPH, kelompok anti-junta yang dibentuk oleh anggota parlemen yang digulingkan.

(red)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: