Penuhi Asupan Antioksidan dengan Mengonsumsi Fermentasi Bawang Putih
KEHIDUPAN zaman sekarang dihadapkan dengan berbagai permasalahan penyakit yang cukup membuat masyarakat aware terhadap kesehatan. Hal ini mendorong masyarakat untuk memilih mengonsumsi pangan dengan konsep kembali ke alam. Mengonsumsi pangan dengan berbahan alami memiliki segudang manfaat, baik itu dari segi kualitas maupun kuantitas. Sumber pangan berbahan alam juga dapat mendukung Program Pangan Fungsional untuk mendukung peningkatan konsumsi masyarakat sehingga mencapai konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Salah satu penerapan konsumsi pangan berbahan alami yaitu dengan mengonsumsi bawang putih. Tentu tidak dengan mengonsumsi bawang putih mentah tanpa adanya proses pengolahan. Karena seperti yang kita tahu, bawang putih mentah memiliki tingkat konsumsi yang terbatas karena aroma dan rasanya yang menyengat sehingga membuat tidak nyaman untuk dikonsumsi. Bawang putih yang dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi yaitu bawang putih tunggal yang mengalami proses fermentasi sehingga memberikan cita rasa yang lebih baik dan memiliki kandungan gizi yang lebih menguntungkan. Nah, sebelum berkenalan lebih lanjut dengan fermentasi bawang putih alias bawang hitam, kita kenalan dengan bawang putih dulu, yuk! Bawang putih yang digunakan untuk fermentasi menjadi bawang hitam merupakan bawang putih tunggal. Bawang putih tunggal memiliki kandungan senyawa S-alil-L-sistein lebih tinggi dibandingkan dengan bawang putih biasa. Kandungan senyawa tersebut diperkirakan 5-6 kali lebih tinggi. Hal ini menyebabkan bawang putih tunggal digunakan sebagai obat herbal. Pembahasan berikutnya, kita bahas mengenai bawang hitam, yuk! Bawang hitam (black garlic) merupakan hasil dari pengolahan bawang putih dengan cara fermentasi. Proses fermentasi tersebut dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan suhu 65°C hingga 80°C serta kelembapan 70%-80% pada suhu kamar. Proses fermentasi tersebut dilakukan selama kurang lebih satu bulan. Black garlic memiliki warna hitam dengan berat yang lebih ringan dibandingkan sebelum fermentasi. Hal itu disebabkan karena berkurangnya kadar air pada bawang. Seperti yang telah kita bahas, bawang putih tunggal memiliki aroma dan rasa yang menyengat, tetapi tidak untuk bawang hitam ini. Aroma dan rasa menyengatnya lebih berkurang dan menciptakan rasa manis sehingga nyaman untuk kita konsumsi. Hasil fermentasi bawang putih tunggal menjadi bawang hitam ternyata tidak sekadar menghilangkan aroma dan rasa menyengat, lho! Hasil fermentasi tersebut ternyata menghasilkan kandungan antioksidan yang lebih besar. Antioksidan yang terdapat pada bawang hitam bernilai 2 kali lebih tinggi dibandingkan bawang putih tunggal. Keberadaan antioksidan yang tinggi pada bawang hitam sangat bermanfaat dan memiliki kemampuan melindungi tubuh lebih baik dari radikal bebas. Seperti yang kita tahu, bahwa antioksidan dapat melawan radikal bebas yang diperoleh dari hasil metabolisme tubuh, polusi udara, cemaran makanan, bahkan sinar matahari. Radikal bebas tersebut dapat merugikan tubuh karena akan memicu datangnya sel kanker. Selain mengandung antioksidan yang tinggi, bawang hitam juga memiliki manfaat lain, seperti sebagai antibakteri, antikarsinogenik, menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kolestrol, mencegah obesitas, meregenerasi sel kulit, mengurangi alergi, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Terlebih lagi, bawang hitam ini dapat dikonsumsi terus-menerus tanpa adanya efek samping. Kita dapat mengonsumsi bawang hitam ini dalam bentuk suplemen maupun dimakan secara langsung. Maka dari itu, tidak perlu ragu untuk mengonsumsi bawang hitam sebagai suplemen atau obat herbal dengan segudang manfaatnya, ya! Selain mendapatkan manfaat yang banyak, kita juga dapat mendukung konsumsi pangan berbahan alami serta memanfaatkan kekayaan yang terdapat di negeri kita. Penulis : Tiara Pahlawaty Rusnawan, Mahasiswi Prodi Teknologi Pangan, Unpad
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: