Bukan Teh Hijau! Justru Teh Ini si Paling Kaya Antioksidan

Bukan Teh Hijau! Justru Teh Ini si Paling Kaya Antioksidan

MEMBUKA pagi hari dengan menyeruput teh hangat, atau menyegarkan hari yang panas dengan es teh sudah menjadi pemandangan umum masyarakat Indonesia. Teh, sebagai minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air mineral amat digemari oleh semua kalangan baik muda maupun tua. Tidak hanya karena rasanya yang bisa dinikmati di semua situasi, teh juga dikenal karena kandungannya yang memiliki banyak khasiat bagi kesehatan. Pun apabila mengharapkan efek yang spesifik terhadap kesehatan, alangkah baiknya mengetahui teh yang tepat untuk mencapainya. Berdasarkan proses pengolahannya, terdapat empat jenis teh yang sudah umum dikenal oleh masyarakat Indonesia yaitu teh hijau, teh hitam, teh oolong, dan teh putih. Walaupun di antara keempatnya memiliki popularitasnya sendiri-sendiri yang bisa jadi ada jenis yang lebih populer dari yang lainnya. Teh hijau, misalnya, dikenal sangat baik karena kaya antioksidan, dapat menurunkan berat badan dari mengatur metabolisme tubuh, dan sejumlah fungsi lain yang dikenal baik oleh masyarakat. Teh hijau merupakan teh yang berasal dari pengolahan pemanasan daun teh dengan metode kering seperti panggang atau sangrai, dan basah seperti steam. Umumnya daun teh yang diproses dengan metode kering akan memiliki aroma dan rasa yang lebih kuat, namun daun yang diproses dengan steam apabila diseduh warnanya akan lebih terlihat hijau terang. Terlepas dari hal itu, tidak adanya proses fermentasi pada daun teh hijau membuat teh hijau kaya akan antioksidan karena tidak adanya oksidasi katekin pada daun. Hal ini pula yang membuat teh hijau dapat menangkal radikal bebas dan menurunkan resiko kanker, diabetes tipe 2, sampai penyakit jantung. Teh hijau juga seringkali diminum untuk “obat dietâ€ dan tujuan kecantikan lainnya, namun perlu diketahui bahwa teh hijau memiliki kandungan kafein yang cukup tinggi diantara teh lainnya sehingga alangkah baiknya untuk meminum teh hijau dalam jumlah yang dianjurkan. Kafein memiliki dampak positif seperti menaikkan mood, tapi di sisi lain dapat membuat kecanduan apabila terlalu sering diminum. Walaupun begitu, tenang saja karena ada teh dengan kandungan antioksidan lebih tinggi dari teh hijau yang sekaligus bisa jadi alternatif untukmu yang sedang mengurangi konsumsi kafein atau mungkin tidak menggemari teh hijau yang memiliki profil rasa cukup pahit. Perkenalkan, teh putih yang pada sejarah awalnya diminum oleh keluarga kaisar dan pejabat kerajaan pada zaman Dinasti Song. Memiliki pamor yang kurang dikenal di antara masyarakat Indonesia, bukan karena tidak berkhasiat melainkan karena tidak cukup umum ditemukan. Nama teh putih sesuai dengan daun teh asalnya yang merupakan pucuk terbaik bertekstur seperti rambut halus putih pada luarnya. Pun seduhannya berwarna putih keperakan. Pucuk yang diambil hanya pucuk pertama, yang memiliki kandungan katekin sumber antioksidan yang paling tinggi, lalu diproses seminimal mungkin untuk menghindari berkurangnya kandungan antioksidan. Hal ini didukung dengan penelitian yang mengkomparaasi kandungan antioksidan antara teh putih, teh oolong, teh hijau, dan teh hitam bahwa teh putih memiliki aktivitas antioksidan paling besar diantara keempatnya yaitu sebesar 89,63% dengan kadar kafein yang lebih rendah dari teh hijau. Selain itu, dari uji hedonik atau penerimaan masyarakat terhadap aroma, warna, dan rasanya juga paling tinggi diantara keempat teh lainnya. Menarik, bukan? Seperti paket lengkap khasiat dalam satu jenis teh. Tenang saja, sekarang ini tidak perlu menjadi keluarga kaisar untuk merasakan khasiat dari teh putih. Mulai dari harga 70 ribu per 50 gramnya, bisa merasakan teh si kaya antioksidan yang 100 kali lebih efektif dari vitamin C dan tentunya dapat mengurangi resiko kanker, menurunkan kolesterol dan tekanan darah, serta segudang manfaat lainnya. Walaupun terlihat agak mahal, namun satu porsi seduhan teh putih yang sebanyak 2 gram dapat dipakai sampai tiga kali seduh perharinya. Tertarik untuk mencoba? Namun kembali lagi, minum sesuai jumlah yang dianjurkan dan kembali kepada preferensi masing-masing, ya!. (*) Penulis : Sylvia Nisrina Fairuz, Mahasiswi Prodi Teknologi Pangan, Universitas Padjadjaran (Unpad)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: