Was-Was Massal Ihwal 27 Sekolah di Karawang yang Disinyalir Terpapar Khilafatul Muslimin
KEPOLISIAN Resor Karawang menetapkan dua tersangka pimpinan Khilafatul Muslimin di Purwasuka. Yang satu pimpinan di wilayah Purwasuka. Satu orang lagi pemimpin, atau istilah mereka ‘amir’ di Karawang pada akhir pekan kemarin. Beberapa jam usai siaran pers penetapan tersangka di Karawang, kami menerima link berita online penangkapan pimpinan Khilafatul Muslimin di Bandar Lampung ricuh. Yang menarik: pada penangkapan itu turut diamankan juga uang yang jumlahnya sangat besar. Gepokan uang merah dan biru. Jumlahnya miliaran rupiah. Luar biasa banyak. Lampung memang disebut-sebut menjadi nekleus atau inti sel gerakan Khilfatul Muslimin di Indonesia--setidaknya di Sumatera. Kita belum tahu secara detail uang sebanya itu bersumber dari mana. Di Karawang, dikabarkan juga turut diamankan uang taktis organisasi itu, tapi jumlahnya jauh lebih sedikit. Puluhan juta rupiah. Tak seberapa jika dibandingkan dengan apa yang ada di Bandar Lampung. Balik lagi ke Karawang. Justru yang menjadi bola liar bukan soal dana. Tapi ucapan Kepala Kesbangpol Karawang, Sudjana yang menyebut 27 sekolah di Karawang terindikasi terpapar gerakan Khilafatul Muslimin. "Sebanyak 27 sekolah di Karawang terindikasi paham Khilafatul Muslimin," ujar Sudjana di Mapolres Karawang sebagimana dikutip oleh banyak media massa. Jelas, 27 sekolah bukanlah angka yang sedikit. Apalagi dijelaskan dengan singkat. Tidak diungkapkan 27 sekolah ini terindikasi terpapar lewat apa? kurikulum kah? pengajian kah? atau rutin terlihat ada buletin yang isinya mengolok NKRI? Lalu, 27 sekolah juga tidak diumumkan dengan jelas yang dimaksud sekolah negeri, atau swasta? MI, SD, SMP, atau SMA/SMK yang seperti apa? missal, SMK-SMK swasta yang siswanya sering terlibat tawuran pelajar? oh, saya rasa mustahil. Atau semisal SD-SMP-SMA IT? ucapan Kepala Kesbangpol Karawang, hemat kami, bukan hanya sekadar kalimat besayap, dan taksa, juga berpotensi menimbulkan kewas-wasan massal. Kekhawatiran berjamaah. Bayangkan saja, satu sekolah memiliki 750 siswa, misalnya. 27 sekolah dikali 750 siswa itu jumlahnya 20.250 siswa. Artinya ada 20.250 orang tua, atau dua kali lipat dari itu jika dihitung ibu-bapaknya, yang mungkin sedang sangat was-was apakah sekolah anaknya yang masuk ke list 27 sekolah sebagaimana diumumkan oleh Kepala Kesbangpol Karawang. Apakah anaknya masuk menjadi salah satu orang yang seminimal-minimalnya bergaul dengan agen kaderisasi Khilafatul Muslimin? Itu baru dihitung jumlah 27 sekolah, bagaimana jika seluruh orang tua di Karawang yang memiliki anakmasih sekolah merasakan was-was juga? berapa ratus ribu orang tua di Karawang yang memiliki kewas-wasan ? tentu tak akan pernah ada yang bisa menjamin angkanya. Lalu kita bayangkan ada berapa ratus sekolah yang saat ini kepala sekolahnya, hingga ketua yayasannya sedang celingak-celinguk menduga-duga apa sekolahnya masuk ke dalam list atau tidak? jika masuk, mungkin mereka juga bingung apa penyebabnya. Karena, sekali lagi, keterangan Kepala Kesbangpol Karawang yang bercabang. Tentu kita tak bisa mengharapkan Kepala Kesbangpol Karawang menyebut nama sekolah. Salah-salah, bisa balik dituntut karena dirasa merugikan sekolah. Sebaliknya, menyebutnya 27 sekolah tok, sebagiamana disinggung di atas berpotensi membuat was-was bukan orang sedikit. Saya tidak tahu, apakah Kepala Kesbangpol memperhitungkan konsekuensi dari ucapannya atau tidak. Mungkin, sudah dipikirkan. Termasuk mungkin telah diperhitungkan akan lebih baik diumumkan daripada diam-diam menegur sambil melaksanakan pembinaan. Mungkin, semoga benar demikian. Di sisi lain, apresiasi untuk kepolisian yang sudah bekerja cepat dengan mengamankan dua pimpinan KM. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: