Lab Grown Meet, Daging Ramah Lingkungan untuk Masa Depan

Lab Grown Meet, Daging Ramah Lingkungan untuk Masa Depan

DAGING merupakan salah satu sumber protein yang mengandung banyak gizi dan memiliki rasa yang lezat ketika sudah diolah lebih lanjut. Pengonsumsian daging hewan dapat ditemukan di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia yang memiliki beragam jenis makanan tradisional hasil olahan daging. Dengan semakin meningkatnya populasi manusia, maka kebutuhan akan makanan yang bernutrisi serta lezat seperti daging juga akan meningkat. Lantas, apakah ada dampak bagi lingkungan dari produksi daging hewan ternak yang semakin hari semakin meningkat? Jika ada, apakah sudah ada alternatif metode produksi daging hewan ternak dengan kandungan nutrisi dan rasa yang serupa? Simak artikel berikut ini. Produksi daging secara konvensional, berasal dari peternakan hewan-hewan seperti ayam, sapi, dan kambing. Akan tetapi, peterenakan tersebut ternyata memiliki dampak yang tidak baik untuk lingkungan, seperti banyaknya gas rumah kaca yang dihasilkan. Menurut data dari Food and Agriculture Organization atau disingkat (FAO), industri peternakan menyumbang lebih dari 14% dari seluruh gas rumah kaca yang dihasilkan secara global. Gas rumah kaca merupakan gas di atmosfer yang dapat menahan panas matahari di dalam atmosfer bumi, sehingga suhu di bumi akan semakin panas. Selain menghasilkan gas rumah kaca dalam jumlah yang besar, peternakan daging juga membutuhkan lahan yang besar. Menurut data dari FAO tahun 2019, 50% dari wilayah yang layak huni di bumi, digunakan untuk kepentingan agrikultural dan hampir 80% dari wilayah tersebut digunakan untuk peternakan daging serta produk-produk hewan lainnya seperti susu. Populasi manusia di bumi yang semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan atas pangan juga meningkat. Dilansir dari laman hbr.org (7/4/2016), kebutuhan akan pangan di seluruh dunia dapat meningkat sebanyak 59% sampai 98% pada tahun 2050. Oleh karena itu, diperlukan metode alternatif dalam produksi pangan seperti daging, yang tidak menggunakan lahan yang banyak, serta tidak berdampak negatif bagi lingkungan. Salah satu solusi permasalahan tersebut adalah lab-grown meat. Pengertian lab-grown meat Lab-grown meat atau daging yang ditumbuhkan di dalam laboratorium merupakan daging buatan yang ditumbuhkan di luar organisme hidup dan di dalam lingkungan buatan. Daging tersebut, ditumbuhkan dari sel-sel punca otot dari hewan hidup yang diambil tanpa menyakiti hewan. Dilansir dari video yang berjudul “The Meat of the Future: How Lab-Grown Meat is Madeâ€ yang dapat ditemukan di kanal YouTube Eater, proses pembuatan daging buatan diawali dengan pengambilan satu biji sel otot dari hewan hidup yang kemudian akan dibedah dan diekstrak sel puncanya. Sel punca otot tersebut, kemudian ditumbuhkan di dalam lingkungan buatan yang mengandung nutrisi-nutrisi untuk mendukung pertumbuhannya. Sel punca yang awalnya hanya berjumlah satu biji, dibiarkan tumbuh hingga berjumlah satu triliun yang kemudian secara natural akan bergabung antara satu sel dan sel lainnya, untuk membentuk suatu jaringan otot. Jaringan-jaringan otot itulah yang kemudian disusun secara berlapis untuk membentuk daging buatan. Kelebihan dan kekurangan daging buatan Daging buatan dianggap aman, atau bahkan lebih aman untuk dikonsumi dibanding daging yang diproduksi melalui metode-metode konvensional. Hal ini dikarenakan daging buatan dibuat di dalam lingkungan yang sangat dikontrol. Risiko terkontaminasinya daging buatan oleh bakteri-bakteri penyebab penyakit seperti E.coli, lebih kecil dibanding daging konvensional. Selain itu, daging buatan juga disebut lebih ramah lingkungan. Dilansir dari edu.gfcglobal.org, produksi daging buatan membutuhkan 45% energi yang lebih sedikit, 99% penggunaan lahan yang lebih sedikit, dan memproduksi 96% gas rumah kaca yang juga lebih sedikit dibandingkan dengan produksi daging-daging konvensional. Seperti layaknya daging konvensional, daging buatan yang tersusun atas jaringan-jaringan otot merupakan sumber protein yang baik. Akan tetapi, daging buatan hingga saat ini belum memiliki rasa yang menyerupai dengan daging konvensional. Hal ini disebabkan oleh tidak ada atau kurangnya komponen-komponen yang berperan dalam memberi rasa kepada daging. Salah satu komponen tersebut adalah lemak yang berkontribusi terhadap rasa, bau, dan bahkan tekstur dari daging. Kekurangan tersebut, menjadi rintangan yang ingin dilewati oleh perusahaan-perusahaan daging buatan, sehingga konsumen dapat lebih menerima produk-produk daging buatan mereka. Terobosan daging buatan Beberapa perushaan daging buatan seperti Meatable, telah berhasil membuat produk daging buatan yang mengandung lemak melalui metode yang serupa. Penambahan lemak pada daging buatan, dapat dilakukan pada saat pembuatan daging itu sendiri, atau melalui metode penambahan lainnya. Kandungan lemak pada daging buatan juga, dapat diganti dengan lemak-lemak yang bermanfaat, seperti omega-3 yang dapat ditemukan pada ikan. Dengan semakin berkembangnya zaman, daging buatan juga dapat ditambahkan gizi-gizi lainnya seperti vitamin, serupa dengan penambahan gizi pada produk-produk seperti sereal dan roti. Tidak sedikit perusahaan di seluruh dunia, telah berhasil menghasilkan daging-daging lab-grown dari hewan seperti sapi, ikan, dan ayam. Bahkan, beberapa produk daging buatan tersebut seperti produk daging ayam buatan dari perusahaan GOOD Meat, telah disetujui penjualannya di Singapur pada tahun 2020. Dilansir dari thespoon.tech (15/12/2021), perusahaan GOOD Meat menyebutkan bahwa mereka berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi daging buatan tersebut dalam kurun waktu dua tahun. Populasi manusia yang semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan akan pangan juga meningkat. Industri pangan konvensional seperti daging, membutuhkan lahan dan sumber daya yang banyak untuk menghasilkan produknya. Selain itu, industri-industri tersebut juga memiliki dampak yang negatif bagi lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif untuk menggantikan produksi pangan seperti daging, tanpa mengurangi nutrisi yang diperoleh dari pangan itu sendiri. Lab-grown meat atau daging buatan, merupakan daging yang ditumbuhkan dari sel punca hewan, di luar tubuh hewan dan di dalam lingkungan buatan. Dengan nilai gizi yang serupa dengan daging konvensional, serta proses produksinya yang lebih aman dan membutuhkan sumber daya yang lebih sedikit, lab-grown meat dapat menjadi salah satu solusi dalam memenuhi kebutuhan pangan yang akan semakin meningkat. Jadi, apakah anda tertarik untuk mencoba daging buatan satu ini? * Penulis : Dhaneswara Ardra Nayanatama, Mahasiswa S1 Teknologi Pangan, Universitas Padjadjaran (Unpad)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: